Rabu, 25 Februari 2009

Suara PKS Terdongkrak Iklan


Jakarta — PKS menikmati manisnya hasil tayangan serial iklan politiknya yang kontroversial. Partai dakwah itu, dalam survei mutakhir LRI, mampu menembus perolehan suara sebesar 11,6 persen. Meskipun masih jauh dari harapan PKS, 20%, angka ini mencerminkan sebuah kemajuan.

Perolehan angka dalam survei yang dilakukan Lembaga Riset Informasi (LRI) ini memang cukup mengejutkan. PKS berada pada posisi empat besar. Sementara 3 parpol di atasnya adalah Partai Golkar (20,1 persen), Partai Demokrat (15,5 persen) dan PDI Perjuangan (15,3 persen). Capaian itu tentu melewati nominal yang diraih PKS pada Pemilu 2004 yang hanya mencapai 7,3 persen. Survei-survei sebelumnya pun juga mencatat PKS hanya mampu memperoleh 4 persen (LSI) dan 6,2 persen (LSN).

Meski hasilnya 'menggembirakan', tetap saja LRI dianggap tidak akurat. PKS masih berkeyakinan mampu meraih 14-15 persen suara. "Hasil LRI tidak akurat. Saat ini suara pemilih atau koresponden masih akan terus berubah. Riset PKS di lapangan menunjukkan perolehan suara PKS jauh lebih optimis, yaitu mencapai 14-15%," kata Sekjen DPP PKS Anis Matta PKS.

Menurut Anis, riset yang dilakukan LRI juga belum memadai. Faktor partai politik tidak dijadikan salah satu ukuran dalam survei tersebut. "Bulan Januari pasti belum dilihat. Padahal strategi parpol saja baru dibentuk pada bulan itu dan dilancarkan pada bulan Februari. Sedangkan survei ini paling hanya dilakukan selama 2 minggu," ujar Anis.

Analis politik Bachtiar Effendy berpendapat iklan politik yang ditayangkan PKS memang kreatif. Namun, pariwara itu tidak bisa dijadikan jaminan suara PKS akan terus terdongkrak. PKS tetap membutuhkan upaya ekstra.

"Langkah-langkah PKS, yang memunculkan kadernya yang di kabinet dalam iklan kampanyenya mrupakan langkah yang kreatif, tapi itu semua tidak secara otomatis akan membuat orang memilih PKS," nilai staf pengajar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.

"Tapi itu hanya petunjuk saja yang belum punya nilai absolutnya. Sesungguhnya bukan sesuatu yang mustahil bagai PKS untuk mencapai targetnya, karena pada 2004 saja PKS mengalami kenaikan 600%," cetus Bachtiar.

Bila target terpenuhi, lanjut dia, maka dapat diartikan PKS berhasil 'menyabotase' pemilih dari partai Islam lain seperti PKB, PAN, PBB, PBR dan PPP. Apalagi, parpol tersebut tidak ada yang seagresif PKS dalam beriklan.

"Saya tidak melihat iklan-iklan PKS sebagai hal yang blunder. Sebab partai Demokrat saja memonopoli keberhasilan pemerintah adalah keberhasilan SBY. Yang dilakukan PKS kan tidak hanya mengkalim keberhasilan Menteri Pertanian Anton Apriantono. Iklan-iklan PKS itu menunjukkan kalau PKS itu kreatif dan punya dana yang cukup untuk Pemilu," tandas Bachtiar.

Pakar Marketing Politik dari UI, Firmanzah meyakini angka 15 persen suara masih mampu diraih PKS. Karena itu, ia memprediksi PKS mampu menggalang kekuatan dengan parpol lain saat pilpres mendatang. “PKS akan kuat saat semua partai ingin berkoalisi,” ucapnya.

Hasil survei yang dirilis LRI memang cukup mengejutkan. Selain menempatkan Golkar sebagai pemenang, survei ini juga menampilkan PKS sebagai parpol penghuni kelompok 4 besar.

Bila itu yang terjadi, artinya strategi marketing PKS mengusung iklan yang menuai polemik cukup mengena sasaran dan menjang gerilya politik yang tiada henti yang dilakukan PKS. Tetapi, PKS sudah sepatutnya waspada karena 44 hari mendatang masih merupakan hari kritis yang dapat memutarbalikkan keadaan.(inilah demokrasi)

Tidak ada komentar: