Selasa, 31 Agustus 2010
Bulan-Bulan Kelelawar Hitam
Lorok, April 2000
Dear Dy,
Apa kabar? sudah lama nih nggak curhat sama kamu. Habis aku capek sih, kajian di pesantren berjubel banget . Tapi today I want tell u about my problems. Pokoke aku mau curhat banyak dengan kamu deh.
Tau nggak, aku sekarang belajar bahasa Arab, baca Al Quran alias ngaji dan sekarang latihan bagaimana cara berjilbab. Eh aku sudah satu tahun di pesantren. Pasti kamu bertanya deh koq aku mau belajar bahasa Arab, ngaji dan sekarang mau berjilbab padahal dulu kan paling anti dengan segala sesuatu yang berbau Islam. Tapi ya itulah tidak ada yang mustahil jika Tuhan sudah memanggil. Selain itu, segala yang berbau Islam di atas adalah suatu keharusan yang harus dipelajari di pesantren. Jadi ya senang gak senang harus senang.
Indralaya, awal Juli 2000
Dear Dy,
Sekarang aku sudah jadi M, A, H, A, S, I, S, W, A, MAHASISWA di fakultas impianku. Itu tuh fakultas MIPA jurusan Fisika di universitas yang termurah dan terluas se-Asia Tenggara, ya apalagi kalo bukan The University of Sriwijaya . Sekarang ini aku lagi mo cari kostan nih. Tapi aku bingung nih, kata tentorku di pesantren aku harus gabung dengan para jilbaber biar aku bisa bersosialisasi. Tapi ortuku lebih senang aku di kostan yang daerahnya majemuk, ditakutkan nanti aku gabung sama jilbaber aku bisa terpengaruh.
Akhirnya setelah berkonsultasi sana sini option dari ortu deh yang diterima. Sekarang aku berada di kostan Mentari yang tidak begitu jauh dari kampusku. Dengan ukuran kamar 4x4 m. eh hampir lupa sekarang aku pake jilbab (kalo di kampus) maklumlah panggilan Tuhan.
Indralaya, akhir Juli 2000
Dear Dy,
Aku sekarang sering diajak oleh para penghuni mushollah yang serba gede (Ups, maksudnya jilbab dan pakaiannya) tuk aktif di organisasi keagamaan. Ayah sih gak setuju kalo aku gabung di sana, takut aku kena pengaruh. Tapi tentorku, menyarankan supaya aku ikut gabung di sana,. Alasannya sih biar aku tau keadaan dan aktivitas mahasiswa yang beragama Islam di sana. Aku bingung, tolong dong, mana pilihan yang bagus. Lagi-lagi ortu atau tentorku.
Oh ia kita lupakan dulu deh yang diatas, pas masuk kuliah aku ketemu dengan cowok keren banget. Orangnya putih, rambutnya belah pinggir, hidungnya mancung, tingginya sih kurang lebih 177 cm. Kalo diibaratkan dengan artis mungkin seperti, Nicky Tirta, Si Damar dalam sinetron Bidadari. Cuma yang ini lebih tinggi. Jadi lebih keren deh. Duhai kekasihku duhai pujaanku what is your name akang? I love you.
Indralaya, awal Agustus 2000
Dear Dy,
Heboh, bgt gitu loh bulan ini. Why? Because, aku sekarang jadi anggota organisasi ke-Islaman sedangkan yang kedua ternyata cowok yang keren banget itu, ikhwan (itu tuh, istilahnya penghuni mushollah buat kaum Adam yang tau agama). Awalnya sih, aku menyayangkan cowok sekeren itu, koq sudah ngurusi kegiatan seperti ini agama Islam lagi. Tapi lama-lama senang juga karena sekarang lebih dekat dengan bapak keren satu ini.
Mengenai organisasi baruku pertamanya sih, aku agak kagok dengan all of activities in this organitation. Dari harus pake istilah gurun pasir lah ( meskipun sedikit ) seperti afwan untuk maaf, akhi untuk yang cowok, ukhti yang cewek, nunduk kalo ketemu yang lawan jenis, kalo mau syuro bahasa mereka untuk menggantikan istilah rapat pake penghalanglah baik itu berupa tripleks maupun kain. Tapi meskipun aneh dan sedikit menyusahkan, tapi untuk Tuhan pasti dapat aku lakukan. Dan di pesantren setidaknya meskipun sedikit sudah dipelajari.
Indralaya, akhir Agustus 2000
Dear Dy,
Aku makin kepincut nih dengan Faisal, itu tuh cowok keren yang aku ceritain awal bulan kemarin. Selain ganteng dia juga, seorang aktivis yang terkenal. Siapa sih yang kenal dengan doski, meskipun baru semester satu. Beliau dari SMA sudah aktif dengan gawean yang berbau Islam.
Aku punya pengalaman yang lucu, malu-maluin, sekaligus menegangkan tentang dia. Mau tau ceritanya ( mauuuuu ), begini ceritanya: pada saat syuro di dalam ruangan belajar untuk mempersiapkan kegiatan tuk Ramadhan. Aku kan jadi sekretaris. Karena di ruangan nggak ada yang namanya hijab, jadi kami bisa saling lihat apalagi duduknya saling berhadap-hadapan. Jadi bisa saling lihat deh mana-mana ikhwan yang ngurusin kegiatan mushollah yang selama ini hanya kenal dari suaranya sekarang tau bagaimana tampang wajah mereka ( mereka keren-keren lho, pada pake jenggot jadi tambah cute deh. Tapi Faisal tetep lebih keren. Faisal I Love U ). Mungkin mereka juga kali, mau tau mana yang namanya Trian yang terkenal dengan kecantikannya ( deh muji diri sendiri nih ). Tapi pas rapat berlangsung ternyata mereka tidak saling lihat.
Gila mereka ini pada nggak normal kali ya. Masak nggak nyetrum satu sama lain. Kalo aku kan tegangan 240 watt( dimana dong yang lucu dan menegangkannya ).
“Kita itu harus bisa mengajak mahasiswa yang lain tuk menghadiri acara Ramadhon nanti. Jangan sampai yang datang itu-itu saja!” Faisal angkat bicara setelah terpilih jadi ketua pelaksana.
“Kami sangat setuju dengan kamu Sal, benarkan Trian” Doni menanggapi omongan Faisal sambil mencari dukungan padaku.
Karena lagi kena hipnotis dengan ketampanan Faisal, aku pun menjawab,
“Ia, Faisal memang keren” kontan saja jawabanku yang nggak nyambung itu mendapat reaksi yang beragam dari peserta rapat, dari sekedar tertawa, manggut-manggut pertanda setuju dengan aku bahwa Faisal ganteng atau manggut yang lain maksudnya awas loe Trian habis ini tak kena sidang loe, bahkan ada bebarapa yang serempak mengucap Istighfar.
Itu kejadian yang lucu, nah sedangkan yang menegangkan itu terjadi pas aku berpapasan dengan My Love ( wah jarang-jarang nih , pucuk dicinta ulam pun tiba ).
“Asslamuallaikum” sapanya sambil melepaskan tendangan senyumnya padaku, jelas saja gawang hatiku kebobolan. Yang memang kagak dijaga dan kalau pun dijaga takkan ku halangi bola senyumnya.
Aduh Kang Mas senyummu manis sekali ( eh jangan-jangan ini lampu hijau nih, Cek n Ricek, Kabar-kabari ada gosip baru nih ). Pada saat berpapasan ternyata tanganku tak kuasa membawa buku yang wajibharusku miliki.
“Bruak...” semuanya terjatuh, kertas-kertas yang berada di dalamnya berserakkan. Arjunaku pun refleks memungutinya, tangan-tangan kekarnya telaten sekali.
“Apa ini?” tanyanya dengan nada heran sambil memegang kertas berkulit merah hati.
Melihat itu pun wajahku langsung menegang. Aduh Faisal pasti marah nih pikirku. Tapi, ia hanya tersipu dengan senyuman.
“Ini!” katanya sambil memberikan surat dengan buku dan kertas tugasku yang telah dikumpulkannya sambil melangkahkan kakinya setelah mengucapkan do’a kesejahteraan.
Tuhan, Faisal tahu isi hatiku. Dia baca surat yang berisi cintaku padanya. Apa dia bakalan marah denganku, tapi tadi dia tersenyum yang berarti........
Indralaya, awal September 2000
Dear Dy,
Sejak kejadian bulan kemarin, aku happy banget gitu loe. Why? Because aku dapat surat berkulit merah hati, tau nggak isinya,
Trian, sejak pertama kali aku memandang wajahmu. Hatiku terus tergoda melihat senyum manismu ( ye katahuan inikan lagunya ‘Umpan’, Thomas Jhorgy ). Aku tahu bahwa sebenarnya aku tak boleh melakukan ini, tapi hatiku tak sanggup menahannya. Aku tak sanggup menutupi meskipun aku tahu bahwa di dalam Islam nggak ada yang namanya pacaran. Tapi Trian, Ana Ukhibukum.
Oh Faisal, Ana Ukhibukum, I love u too, aku tresno karo koe, aku cinto jugo samo kau Faisal.
Indralaya, akhir September 2000
Dear Dy,
Trian, hari ini aku tunggu di depan kantin jam dua. Aku tunggu jawabanmu sekarang.
Itu adalah isi surat terakhir yang ku terima setelah kelima surat merah jambu yang ku terima di tempat yang sama yaitu di dalam lockerku. Faisal aku tahu kalau kau juga mencintaiku.
Kontan saja, karena cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Yang terjadi adalah otakku membayangkan apa yang akan terjadi pada proses penembakan nanti dan kata-kata apa yang akan diucapakan olehnya. My heart gundah-gulana dari pagi tadi ketika surat itu ku terima sampai sekarang ( aduh jatuh bangun nih ).
Ketika arloji berwarna yang sesuai dengan perasaanku menunjukkan lima menit terakhir mata kuliah pak Antoni, guru killer yang mengajar kalkulus. Yang kalau ngajar jarang sekali menatap mahasiswanya en sekali marah dunia serasa mau qiamat ( maaf, kalo terjadi kesamaan dalam penamaan dan karakter tokoh. Ini semua bukanlah merupakan unsur kesengajaan tetapi memang ketidaksengajaan semata ) dan lima menit pelabuhan armada cintaku dengan Sang Pangeran akan segera dimulai.
“Trian, mengapa kau tersenyum? Coba kau jelaskan materi yang barusan bapak sampaikan”berang Pak Antoni dengan logat Medannya ketika melihatku tersenyum membayangkan proses katakan cinta yang akan dilakukan Faisal. Akupun salting ( salah tingkah ) bingung nih materi apa yang akan diulangi. Wong satu pun nggak ada yang nyangkut teriak hatiku kebingungan.
“Maaf pak, waktunya sudah habis” Karen, gadis centil yang hobinya dandan dan bergosip itu angkat bicara ketika jam kuliah telah habis. Bagus Karen, terima kasih girang hatiku.
“Baiklah yang lain silahkan keluar, Trian kamu tetap di tempat”
Tuhan, bagaimana dengan Faisal pikirku.
Seribu delapan ratus detik aku diceramai, entah berapa ratus kata yang telah bapak satu ini keluarkan. Tapi tak ada satu pun yang nyangkut dipikiranku. Faisal sabar ya, jangan pulang pintaku dalam hati.
“Trian, yang jelas jangan kamu ulangi lagi”itulah kalimat pengakhir yang diucapkan oleh beliau yang ku ingat.
Dengan gerak cepat, ku tinggalkan ruangan tempatku menimba ilmu dan pak Antoni dalam kepuasannya.
“Faisal jangan marah ya”gumamku kebingungan apa yang akan terjadi nanti.
Ketika di kantin, ternyata Faisal tidak ada. Apa dia marah padaku cemas batinku.
“Bu, ada nggak tadi Faisal?”tanyaku pada penjaga kantin
“Maaf neng, ibu nggak tahu yang namanya Faisal”
“Pak Antoni, ini semua salah kamu. I hate you”maki ku menimpahkan kekesalan, yang membuat penjaga kantin bingung.
“Assalamuallaikum”tegur Aisyah, aku pun hanya diam seribu bahasa.
“Lagi ada masalah ya”sambungnya mencoba mengintrogasiku dengan senyum manis dan kelembutannya.
“Nggak kok”jawabku singkat.
“Kalo ada masalah cerita dong”
“The Choice Dialog Islam Kristen, boleh nggak pinjam bukunya”pintaku sambil mengalihkan pembicaraan.
“Ini, buku itu tentang membongkar kepalsuan Alkitab”jelasnya mengenai isi buku yang berkulit merah kecoklatan karya Ahmeed Deedat yang membuatku terkejut. Aku pun langsung membuka buku itu.
“Salah satu bukti Alkitab itu bukan firman Tuhan adalah adanya ayat porno. Seperti surat Yehezkiel pasal 23 ayat 1 sampai 21” urainya mengenai salah satu isi buku itu.
Aku pun segera mengambil Alkitab yang ada di dalam tasku, ku buka dan ternyata.... Tuhan.....
Sambil membuka lembar-lembar buku itu aku pun bertanya,
“Buat apa kamu pelajari agama orang lain?”tanyaku dengan sinis.
“Buat mencari agama yang sebenarnya”jawabnya tenang. Aku pun terkejut dengan isi Alkitab yang ternyata ada ayat-ayat yang begitu menjijikan ini dan tak layak disebut ayat suci. Serta parahnya lagi, aku tidak tahu meskipun aku sudah berusia 18 tahun dan di pesantren sudah enam tahun.
“Kalo Al Qur’an bener coba apa yang dimaksud dengan Qul’azu birobbinnas, Katakan aku berlindung pada Tuhan manusia, pada surat Annas. Bukankah yang dimaksud dengan Tuhan manusia disana adalah Yesus?”sergahku dengan pertanyaan yang biasanya membungkam mereka yang ngakunya beragama Al Haq ini, Islam.
Ternyata ronah wajahnya tidak sedikit pun berubah, apakah ia dapat menjawabnya batinku bertanya.
“Tuhan manusia disana bukan berarti Yesus, tetapi....Sebelum kesana Tuhan manusia itukan terdiri dari kata benda, Tuhan kata benda, manusia juga kata benda. Benarkan itu?” tanyanya balik dengan sedikit bermain kata-kata dan logika.
“Ia, apa maksudnya?” jawabku singkat disambung dengan pertanyaan.
“Tuhan manusia itu sama dengan Tas Trian yang merupakan kata benda, tas kata benda, Trian kata benda. Kalau seandainya katanya tadi Tuhan manusia berarti Tuhan berbentuk manusia yang berarti Yesus. Bagaimana dengan Tas Trian, apakah tas Trian itu berarti tas berbentuk Trian.”jelasnya sambil menatap mataku. Aku pun hanya tertegun diam dan menerima perumpamaannya.
Indralaya, awal Oktober 2000
Assalamuallaikum, Ry
Tau nggak sejak kejadian akhir September lalu, aku merubah jalan kehidupanku. Awalnya aku adalah kelelawar hitam yang diutus oleh Pesantren Alkitab Palembang* untuk mencuri informasi dan menyusup diantara domba-domba yang tersesat. Sekarang aku berada di antara domba-domba itu yang merupakan jalan yang lurus. Jalan yang penuh dengan kelogisan.
Eh tau nggak, pada saat penembakan ternyata Faisal tidak masuk kuliah karena sudah satu bulan dirawat di rumah sakit. Berarti selama ini ........ Biarlah siapa pun Sang Pencinta itu, yang jelas harus aku lupakan sejenak. Biarlah aku bercinta pada Sang Pencinta yang lebih kuat dari beliau. Yaitu Rabbku Allah SWT.
Palembang, 17 April 2005 20:20 WIB
Terima kasih buat keluargaku dan anak Jamaat Unsri
Cat: *Pesantren Alkitab Palembang adalah salah satu sekolah misionaris yang letaknya tidak begitu jauh dari Unsri.
Langganan:
Postingan (Atom)