Minggu, 16 November 2008

NASIHAT LUQMAN UNTUK KITA

Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan Negara. Karena itu reformasi politik, ekonomi sosial, hak asasi manusia, sistem pemerintahan, dan agrarian tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis multi dimensi yang melanda Indonesia dewasa ini tidak hanya disebabkan oleh system ekonomi, sosial, dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan nasional.
Pendidikan merupakan maslah semua orang, bahkan secara ektrim pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu proses memanusiakan manusia. Kata kunci dari tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku. Unsur-unsur perilaku itu selalu merujuk kepada apa yang telah diketahui atau dipahami oleh peserta didik (knowledge), apa yang mereka rasakan/pikiran (attitude), dan apa yang mereka kerjakan (action).
Apabila pengertian perilaku ini lebih disedrhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi tiga unsur yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu Kecerdasan Intelektual (KI). Contohnya masyarakat barat yang rasional dan individualisme, di mana mereka cenderung mendengarkan apa “kata mereka”. Sedangkan Kecerdasan Emosional (KE0, contohnya masyarakat timur yang cenderung mendengarkan apa “kata hati”, dan Kecerdasan Spritual (KS) contohnya adalah masyarakat yang taat beragama yang selalu memadukan ketiga kecerdasan ini dalam tindakan dari perilaku, sehingga mereka muncul menjadi manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
Untuk itu, dalam rangka merancang pembangunan, khususnya sistem pendidikan nasional yang diharapkan mampu untuk melahirkan sumber daya manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab, kiranya nasihat Luqman kepada anaknya dalam surat Luqman ayat 13, 16-19 yang dibahas dalam tulisan ini, dapat dijadikan sebagai bahan renungan.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlan kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Qs Luqman:13)
“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membagakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Qs Luqman:16-19)

Pada ayat sebelumnya (ayat 12) telah dijelaskan bahwa Allah telah memberikan karunia kepada Luqman berupa hikmah, yang menjadikannya cerdas dan bijak tanpa ada seorang manusiapun yang mengajari dan membimbingnya.
Pada ayat-ayat dijelaskan tentang beberapa nasihat bijak yang disampiakn Luqman kepada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan dan pengajaran. Nasihatnya ini dimulai dengan perintah mentauhidkan Allah. Cara seperti ini terasa jauh lebih tegas dan berkesan. Apalagi diujungbya disebutkan pula sebab larangan itu.
Setelah Luqman menjelaskan keutamaan dan keagungan Allah yang tidak boleh disekutukan itu, dengan menjelaskan kemahakuasaan dan kemahatahuanNya akan segala sesuatu, sehingga tidak ada satupun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah. Penjelasan ini sangat penting artinya, karena mengajarkan bahwa kita selalu diawasi dan diamati, sehingga terlatih untuk hidup lurus dan bertanggung jawab.
Setelah memantapkan nasihat tentang keimanan, baru Luqman memberikan beberapa perintah yang harus dilaksanakan, yang dimulainya dari pokok-pokok ibadah, dan bukti utama ketundukan yaitu shalat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dan bersabr dalam berjuang, setelah itu baru dilanjutkannya dengan hal yang merupakan pokok akhlaqul karimah.
Materi, metode, dan tahapan pendidikan yang diberikan oleh Luqwman kepada anaknya ini kiranya dapat memberikan pengajaran yang sanagt penting kepada kita dalam merancang pendidikan generasi yang akan datang,

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlan kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Qs Luqman:13)

Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman: Ingatlah hai Rasul kepada butiran nasihat yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya, ketika ia mengajari, mendidik, dan menunjukinya dengan penuh kasihnya, ia berkata: Hai anakku, janganlan kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
Syirik dinyatakan sebagi kezaliman yang besar, karena perbuatan itu menempatkan sesuatu, dalam hal ini penyembahan dan penghambaan diri bukan pada tempatnya. Yang berhak disembah hanya Allah, bukan yang lainnya. Itulah yang benar dan adil. Ketika yang disembah itu bukan lagi Allah atau ada yang lain disembah selain Allah, maka itu tidak benar dan karena itu disebut zalim, yang membawa kepada dosa besar. Ancaman dosa besar ini adalah karena perbuatan itu telah telah menempatkan sembahan-sembahan selain Allah yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa itu mempunyai kedudukan yang sama dengan Allah Yang Maha Agung, Sang Pencipta dan Pemilik semau alam raya ini.

“(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Qs Luqman:16)

Setelah menyuruh anaknya mentauhidkan Allah dan melarangnya untuk menyekutukanNya, maka selanjutnya untuk memantapkan hati dan meyakinkan anaknya tentang Zat Yang Maha Agung yang disembah itu. Luqman menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah dengan mengemukakan salah satu keutamaanNya yang tidak dimiliki oleh selainNya, termasuk para berhala yang disembah oleh manusia, yaitu sifat Maha Mengetahui, tidak satu pun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah, betapapun kecilnya, di manapun tempatnya, sehingga Allah akan memberikan batasan terhadap setiap apa yang dilakukan.
Gambaran tentang Allah ini dikemukakan oleh Luqman kepada anaknya dengan sangat menyentuh dan tepat sasaran seperti yang nampak pada ayat di atas. Dengan penjelasan ini Luqman sepertinya ingin mengarahkan anak yang disayanginya untuk selalu menyadarinya bahwa tidak satupun dari perbuatan manusia yang tidak diketahui oleh Allah, baik atupun tidak baik, dan Allah pasti akan memberikan balasannya. Dengan demikian ia berharap supaya dengan adanya kesadaran ini maka putranya akan selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupannya dan selalu patuh kepada Allah, sehingga dapat selamat di dunia dan akhirat. Keinginannya ini semakin tampak dengan jelas dengan nasihat-nasihatnya dalam ayat berikut:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (Allah).” (Qs Luqman:17)

Setelah meyakini bahwa ajaran tauhid yang disampaikannya telah dapat dipahami dan diyakini oleh anaknya, maka Luqman melanjutkannya dengan beberapa perintah menjalankan syariat. Di dalam ayat ini Luqman yang tetap dengan nada penuh kasih sayang menyuruh anaknya untuk melakukan beberapa hal penting yang merupakan ibadah utama sebagai bukti utama ketaatan seorang hamba kepada Allah, yaitu shalat, dan kemudian mengajak dan menyuruh orang untuk berbuat ma’ruf dan melarang dari perbuatan munkar, dan bersabar dalam menghadapi berbagai kendala dan musibah.
Nasihat ini diawali Luqman dengan perintah mendirikan shalat. Seakan Luqman berkata: Hai anakku, kerjakanlah shalat dengan sempurna, karena shalat itu adalah media yang paling utama untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada Allah. Di samping itu shalat dapat mencegah orang yang shalat dari perbuatan yang keji dan munkar (Qs Al Ankabut: 45).
Setelah perintah untuk pembenahan diri dengan mendirikan shalat, maka Luqman juga memerintahkan agar anaknya mengajak orang lain untuk berbuat ma’ruf, menyucikan jiwa, mengerjakan yang baik dan melarang mereka dari segala yang munkar. Dan kemudian diiringinya dengan perintah untuk bersabar dalam menghadapi berbagai hambatan dan rintangan yang merupakan resiko perjuangan menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Diujungnya ia menjelaskan bahwa semua yang diperintahkan ini merupakan hal penting yang mempunyai faidah yang besar di dunia dan akhirat.
Setelah menyuruh mengerjakan hal-hal penting di atas, maka selanjutnya dalam ayat berikut Luqman mewasiatkan beberapa hal penting yang sangat erat hubungannya dengan akhlak, yaitu:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membagakan diri.” (Qs Luqman:18)

Masalah yang pertama yang menjadi perhatian Luqman adalah akhlaq terhadap sesama. Ia mengingatkan anaknya bahwa manusia ini sama di mata Allah, karena itu janganlah saling menghina dengan cara apapun. Ia berkata: Hai anakku, janganlah kamu memalingkan mukamu dari lawan bicaramu, karena merasa diri lebih dan meremehkannya. Hal sebaliknya yang dapat dipahami dari nasihat ini adalah: hargai lawan bicaramu dengan mendengarkan pembicaraannya dengan penuh perhatian, muka berseri-seri, tanpa ada kesan meremehkan antara sesama manusia tanpa melihat siapa dia. (Qs Al Hujurat:13)
Kemudian lebih lanjut ia mengingatkan anaknya untuk selalu bersikap rendah hati, ia berkata: Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan keangkuhan dan kesombongan. Kemudian Luqman menjelaskan alasan larangan itu adalah kaerna Allah tidak menyukai oranjg yang angkuh, somong, dan membanggakan diri.

Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Qs Luqman:19)

Dalam hal berjalan dan bersuara Luqman mengingatkan anaknya. (Hai anakku): Berjalanlah dengan langkah yang sederhana, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Berjalanlah dengan cara yang wajar, jangan pamer. Dan jangan kamu tinggikan suaramu (bila tidak diperlukan). Berbicaralah dengan cara yang baik dengan memelihara volume suara, sehingga dapat lebih mudah dimengerti dan diterima oleh orang yang mendengar. Cara yang seperti itu jauh lebih mengesankan.
Pendidikan sebagai human investment, patut menjadi perhatian kita semua dengan merenungkan dan mengaktualisasikan pesan-pesan Al Quran surat Al Luqman di atas. Krisis multidimensi yang sangat berat yang dihadapi Indonesia sekarang, umumnya bermuara pada rendahnya kualitas SDM, terutama masyarakat bawah. Kualitas SDM yang rendah, memiliki implikasi terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat. Karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam mencetak SDM yang berkualitas, dan hanya melalui tangan-tangan SDM yang berkualitaslah bangsa dan negara ini mampu memecahkan berbagai persoalan yang melanda bangsa ini.