Selasa, 22 Juni 2010

Belajar Islam Dari Wong Palembang


Belajar Islam Dari Wong Palembang tidak salah ini judul tulisan, inilah reaksi dari satu temanku ketika baca tulisan yang aku sodorkan kepadanya untuk dimintai komentar (wah dari judul saja sudah dikomentari pikirku jangan-jangan tulisan ini bakalan dipermasalahkan fikirku). Kenapa harus belajar dari orang Palembang? Belajar agama lagi? Sambungnya dengan deretan pertanyaan.
Pertanyaan ini mungkin juga akan muncul pada teman-teman yang membaca tulisan ini (hehhehe jika ada sih), Wong Palembang dan Islam mungkin bagi orang itu dua kata yang tidak nyambung tetapi inilah yang bisa aku kasih tahu. Dibalik gambaran orang tentang Wong Palembang yang katanya sangar, masalah sepele ribut, masalah kecil bunuh-membunuh sampai-sampai temanku yang berasal dari Palembang ketika mau belajar atau kerja di Jawa menyembunyikan identitas aslinya karena takut tidak diterima baik oleh orang sekitar dan orang yang akan berikan mereka kerja. Padahal menurutku itu semua bukanlah ciri khas orang Palembang keseluruhan lagian masalah seperti itu bukan hanya masalah yang ada dan jadi ciri khas orang Palembang karena daerah lain pun ada yang seperti itu. Aku pikir mungkin wartawan Palembang yang sangat rajin mengirim berita yang mungkin tanpa sadar berdampak pada pencitraan orang Palembang.
Tapi apa hubungannya belajar Islam dengan orang Palembang lagi-lagi temanku bertanya tentang korelasi Islam dan Wong Palembang. Aku jawab mungkin bagi orang kebiasaan orang Palembang yang selalu mengucapkan kata “untung” setiap pada suasana itu adalah bayangan bahwa orang Palembang itu selalu mau cari untung selalu mencari yang tidak merugikan atau tidak mau rugi, sebagai contoh: Ontong cuman keno mato batu tadi (Untung cuma kena mata batu tadi), ontong kaki be yang keno lindes mobel (untung cuma kaki saja yang kena lindas mobil), ontong cuman kakinyo be yang patah (untung cuma kakinya saja yang patah), ontong mayatnyo dak angus tebakar (untung mayatnya tidak hangus terbakar).
Padahal secara logika apa untung yang bisa dicari dari mata yang kena batu? Manfaat apa yang bisa diambil jika kaki tidak bisa dipakai? Buat apa mayat meskipun tidak terbakar? Lagi-lagi temanku bertanya disertai tawa “Memang hubungan Islam dengan kata untung itu apa?” Reaksi seperti itu mungkin wajar ada-ada saja orang Palembang meskipun dalam musibah masih mau cari untung. Tetapi justru itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari Wong Palembang yang sering menggunakan kata Ontong (untung) karena orang Palembang itu adalah orang yang selalu bersyukur bahkan pada saat dalam musibah ia selalu mencoba bersyukur dan mau berbaik sangka pada Allah atas musibah itu, sehebat apapun masalahnya orang Palembang selalu bersyukur, bukankah. Ini sangat sejalan dengan ayat Allah pada surat Al Mu'minuun : 78. Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Ayat di atas jelas sekali bahwa akan sangat sedikit manusia yang bersyukur meskipun mereka telah memiliki pendengaran, penglihatan dan hati yang sehat. Pendengaran, penglihatan dan hati yang sehat itu tidak akan bermafaat jika kita tidak pandai bersyukur. Kebiasaan orang Palembang yang selalu mau cari untung itu sebenarnya sudah sejalan dengan ayat Al Quran An Naml : 40
"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Jadi bagi teman-temanku yang berasal dari Palembang janganlah malu akui kalau berasal dari Palembang karena kejahatan itu bisa dilakukan oleh suku apa pun dan dimana pun, bagi teman-teman yang berasal dari daerah lain jangan malu juga belajar Islam dari Wong Palembang meskipun belajar bersyukur. Ingat Palembang pernah jadi pusat Islam Palembang pernah punya kesultanan Darussalam.(OB, 21 Jun)