Senin, 20 September 2010

Kesurupan (Timbul Karena Ketakutan)



Ini adalah lelucon yang terpikir pada saat aku dan semua pegawai SITAF sedangkan melaksanakan outbond di perkebunan Pusri terletak di Jalan Indralaya-Palembang. Kejadian ini terjadi pada saat aku, Bunda Mona dan Laila serta teman-teman yang lain melihat-lihat jalan yang akan dilewati peserta pada saat Jurit Malam. Aku, Bunda Mona dan Laila jalannya agak paling belakang dibandingkan guru yang lain. Kami bertiga agak sedikit ketahutan (hehhehe sedikit saja bukan banyak) jadi aku iseng-iseng mengarang sebuah cerita, tidak tahu ide darimana tiba-tiba langsung saja aku ngomong seperti ini,
“Eh aku ada cerita, silahkan pilih! Apa yang akan kamu lakukan jika ada teman yang kesurupan. A. Berteriak, B. Memukulnya, C. Berlari.”
Bunda Mona pun menjawab “Kalau aku berteriak minta tolong panggil teman yang lain.”
“Kalau kamu Bunda Laila?” aku alihkan pertanyaan ini ke Bunda Laila sambil kami bertiga terus berjalan mengejar yang lain.
“Kalau aku jelas berlarilah takut nanti dicekiknya atau malah nanti aku yang kesurupan.” Jelasnya dengan rincian yang memperkuat pendapatnya.
“Heheeheh………” kami bertiga tertawa mendengar jawaban itu.
“Kalau kau Za?” Tanya Bunda Mona,
“Kalau aku pilih semua jawaban, Berteriak minta tolong, karena takut dan siapa tahu temanku sadar maka aku memukulnya, lalu jika dia tidak sadar juga aku berlari menginggalkannya.”
“Hahahahahha…..gila kau” Komentar mereka

Palembang, Awal Masuk Sekolah Setelah Libur Idhul Fitri
&*&()_(*))*_***

Selasa, 31 Agustus 2010

Bulan-Bulan Kelelawar Hitam



Lorok, April 2000
Dear Dy,
Apa kabar? sudah lama nih nggak curhat sama kamu. Habis aku capek sih, kajian di pesantren berjubel banget . Tapi today I want tell u about my problems. Pokoke aku mau curhat banyak dengan kamu deh.
Tau nggak, aku sekarang belajar bahasa Arab, baca Al Quran alias ngaji dan sekarang latihan bagaimana cara berjilbab. Eh aku sudah satu tahun di pesantren. Pasti kamu bertanya deh koq aku mau belajar bahasa Arab, ngaji dan sekarang mau berjilbab padahal dulu kan paling anti dengan segala sesuatu yang berbau Islam. Tapi ya itulah tidak ada yang mustahil jika Tuhan sudah memanggil. Selain itu, segala yang berbau Islam di atas adalah suatu keharusan yang harus dipelajari di pesantren. Jadi ya senang gak senang harus senang.

Indralaya, awal Juli 2000
Dear Dy,
Sekarang aku sudah jadi M, A, H, A, S, I, S, W, A, MAHASISWA di fakultas impianku. Itu tuh fakultas MIPA jurusan Fisika di universitas yang termurah dan terluas se-Asia Tenggara, ya apalagi kalo bukan The University of Sriwijaya . Sekarang ini aku lagi mo cari kostan nih. Tapi aku bingung nih, kata tentorku di pesantren aku harus gabung dengan para jilbaber biar aku bisa bersosialisasi. Tapi ortuku lebih senang aku di kostan yang daerahnya majemuk, ditakutkan nanti aku gabung sama jilbaber aku bisa terpengaruh.
Akhirnya setelah berkonsultasi sana sini option dari ortu deh yang diterima. Sekarang aku berada di kostan Mentari yang tidak begitu jauh dari kampusku. Dengan ukuran kamar 4x4 m. eh hampir lupa sekarang aku pake jilbab (kalo di kampus) maklumlah panggilan Tuhan.

Indralaya, akhir Juli 2000
Dear Dy,
Aku sekarang sering diajak oleh para penghuni mushollah yang serba gede (Ups, maksudnya jilbab dan pakaiannya) tuk aktif di organisasi keagamaan. Ayah sih gak setuju kalo aku gabung di sana, takut aku kena pengaruh. Tapi tentorku, menyarankan supaya aku ikut gabung di sana,. Alasannya sih biar aku tau keadaan dan aktivitas mahasiswa yang beragama Islam di sana. Aku bingung, tolong dong, mana pilihan yang bagus. Lagi-lagi ortu atau tentorku.
Oh ia kita lupakan dulu deh yang diatas, pas masuk kuliah aku ketemu dengan cowok keren banget. Orangnya putih, rambutnya belah pinggir, hidungnya mancung, tingginya sih kurang lebih 177 cm. Kalo diibaratkan dengan artis mungkin seperti, Nicky Tirta, Si Damar dalam sinetron Bidadari. Cuma yang ini lebih tinggi. Jadi lebih keren deh. Duhai kekasihku duhai pujaanku what is your name akang? I love you.

Indralaya, awal Agustus 2000
Dear Dy,
Heboh, bgt gitu loh bulan ini. Why? Because, aku sekarang jadi anggota organisasi ke-Islaman sedangkan yang kedua ternyata cowok yang keren banget itu, ikhwan (itu tuh, istilahnya penghuni mushollah buat kaum Adam yang tau agama). Awalnya sih, aku menyayangkan cowok sekeren itu, koq sudah ngurusi kegiatan seperti ini agama Islam lagi. Tapi lama-lama senang juga karena sekarang lebih dekat dengan bapak keren satu ini.
Mengenai organisasi baruku pertamanya sih, aku agak kagok dengan all of activities in this organitation. Dari harus pake istilah gurun pasir lah ( meskipun sedikit ) seperti afwan untuk maaf, akhi untuk yang cowok, ukhti yang cewek, nunduk kalo ketemu yang lawan jenis, kalo mau syuro bahasa mereka untuk menggantikan istilah rapat pake penghalanglah baik itu berupa tripleks maupun kain. Tapi meskipun aneh dan sedikit menyusahkan, tapi untuk Tuhan pasti dapat aku lakukan. Dan di pesantren setidaknya meskipun sedikit sudah dipelajari.

Indralaya, akhir Agustus 2000
Dear Dy,
Aku makin kepincut nih dengan Faisal, itu tuh cowok keren yang aku ceritain awal bulan kemarin. Selain ganteng dia juga, seorang aktivis yang terkenal. Siapa sih yang kenal dengan doski, meskipun baru semester satu. Beliau dari SMA sudah aktif dengan gawean yang berbau Islam.
Aku punya pengalaman yang lucu, malu-maluin, sekaligus menegangkan tentang dia. Mau tau ceritanya ( mauuuuu ), begini ceritanya: pada saat syuro di dalam ruangan belajar untuk mempersiapkan kegiatan tuk Ramadhan. Aku kan jadi sekretaris. Karena di ruangan nggak ada yang namanya hijab, jadi kami bisa saling lihat apalagi duduknya saling berhadap-hadapan. Jadi bisa saling lihat deh mana-mana ikhwan yang ngurusin kegiatan mushollah yang selama ini hanya kenal dari suaranya sekarang tau bagaimana tampang wajah mereka ( mereka keren-keren lho, pada pake jenggot jadi tambah cute deh. Tapi Faisal tetep lebih keren. Faisal I Love U ). Mungkin mereka juga kali, mau tau mana yang namanya Trian yang terkenal dengan kecantikannya ( deh muji diri sendiri nih ). Tapi pas rapat berlangsung ternyata mereka tidak saling lihat.
Gila mereka ini pada nggak normal kali ya. Masak nggak nyetrum satu sama lain. Kalo aku kan tegangan 240 watt( dimana dong yang lucu dan menegangkannya ).
“Kita itu harus bisa mengajak mahasiswa yang lain tuk menghadiri acara Ramadhon nanti. Jangan sampai yang datang itu-itu saja!” Faisal angkat bicara setelah terpilih jadi ketua pelaksana.
“Kami sangat setuju dengan kamu Sal, benarkan Trian” Doni menanggapi omongan Faisal sambil mencari dukungan padaku.
Karena lagi kena hipnotis dengan ketampanan Faisal, aku pun menjawab,
“Ia, Faisal memang keren” kontan saja jawabanku yang nggak nyambung itu mendapat reaksi yang beragam dari peserta rapat, dari sekedar tertawa, manggut-manggut pertanda setuju dengan aku bahwa Faisal ganteng atau manggut yang lain maksudnya awas loe Trian habis ini tak kena sidang loe, bahkan ada bebarapa yang serempak mengucap Istighfar.
Itu kejadian yang lucu, nah sedangkan yang menegangkan itu terjadi pas aku berpapasan dengan My Love ( wah jarang-jarang nih , pucuk dicinta ulam pun tiba ).
“Asslamuallaikum” sapanya sambil melepaskan tendangan senyumnya padaku, jelas saja gawang hatiku kebobolan. Yang memang kagak dijaga dan kalau pun dijaga takkan ku halangi bola senyumnya.
Aduh Kang Mas senyummu manis sekali ( eh jangan-jangan ini lampu hijau nih, Cek n Ricek, Kabar-kabari ada gosip baru nih ). Pada saat berpapasan ternyata tanganku tak kuasa membawa buku yang wajibharusku miliki.
“Bruak...” semuanya terjatuh, kertas-kertas yang berada di dalamnya berserakkan. Arjunaku pun refleks memungutinya, tangan-tangan kekarnya telaten sekali.
“Apa ini?” tanyanya dengan nada heran sambil memegang kertas berkulit merah hati.
Melihat itu pun wajahku langsung menegang. Aduh Faisal pasti marah nih pikirku. Tapi, ia hanya tersipu dengan senyuman.
“Ini!” katanya sambil memberikan surat dengan buku dan kertas tugasku yang telah dikumpulkannya sambil melangkahkan kakinya setelah mengucapkan do’a kesejahteraan.
Tuhan, Faisal tahu isi hatiku. Dia baca surat yang berisi cintaku padanya. Apa dia bakalan marah denganku, tapi tadi dia tersenyum yang berarti........

Indralaya, awal September 2000
Dear Dy,
Sejak kejadian bulan kemarin, aku happy banget gitu loe. Why? Because aku dapat surat berkulit merah hati, tau nggak isinya,
Trian, sejak pertama kali aku memandang wajahmu. Hatiku terus tergoda melihat senyum manismu ( ye katahuan inikan lagunya ‘Umpan’, Thomas Jhorgy ). Aku tahu bahwa sebenarnya aku tak boleh melakukan ini, tapi hatiku tak sanggup menahannya. Aku tak sanggup menutupi meskipun aku tahu bahwa di dalam Islam nggak ada yang namanya pacaran. Tapi Trian, Ana Ukhibukum.
Oh Faisal, Ana Ukhibukum, I love u too, aku tresno karo koe, aku cinto jugo samo kau Faisal.

Indralaya, akhir September 2000
Dear Dy,
Trian, hari ini aku tunggu di depan kantin jam dua. Aku tunggu jawabanmu sekarang.
Itu adalah isi surat terakhir yang ku terima setelah kelima surat merah jambu yang ku terima di tempat yang sama yaitu di dalam lockerku. Faisal aku tahu kalau kau juga mencintaiku.
Kontan saja, karena cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Yang terjadi adalah otakku membayangkan apa yang akan terjadi pada proses penembakan nanti dan kata-kata apa yang akan diucapakan olehnya. My heart gundah-gulana dari pagi tadi ketika surat itu ku terima sampai sekarang ( aduh jatuh bangun nih ).
Ketika arloji berwarna yang sesuai dengan perasaanku menunjukkan lima menit terakhir mata kuliah pak Antoni, guru killer yang mengajar kalkulus. Yang kalau ngajar jarang sekali menatap mahasiswanya en sekali marah dunia serasa mau qiamat ( maaf, kalo terjadi kesamaan dalam penamaan dan karakter tokoh. Ini semua bukanlah merupakan unsur kesengajaan tetapi memang ketidaksengajaan semata ) dan lima menit pelabuhan armada cintaku dengan Sang Pangeran akan segera dimulai.
“Trian, mengapa kau tersenyum? Coba kau jelaskan materi yang barusan bapak sampaikan”berang Pak Antoni dengan logat Medannya ketika melihatku tersenyum membayangkan proses katakan cinta yang akan dilakukan Faisal. Akupun salting ( salah tingkah ) bingung nih materi apa yang akan diulangi. Wong satu pun nggak ada yang nyangkut teriak hatiku kebingungan.
“Maaf pak, waktunya sudah habis” Karen, gadis centil yang hobinya dandan dan bergosip itu angkat bicara ketika jam kuliah telah habis. Bagus Karen, terima kasih girang hatiku.
“Baiklah yang lain silahkan keluar, Trian kamu tetap di tempat”
Tuhan, bagaimana dengan Faisal pikirku.
Seribu delapan ratus detik aku diceramai, entah berapa ratus kata yang telah bapak satu ini keluarkan. Tapi tak ada satu pun yang nyangkut dipikiranku. Faisal sabar ya, jangan pulang pintaku dalam hati.
“Trian, yang jelas jangan kamu ulangi lagi”itulah kalimat pengakhir yang diucapkan oleh beliau yang ku ingat.
Dengan gerak cepat, ku tinggalkan ruangan tempatku menimba ilmu dan pak Antoni dalam kepuasannya.
“Faisal jangan marah ya”gumamku kebingungan apa yang akan terjadi nanti.
Ketika di kantin, ternyata Faisal tidak ada. Apa dia marah padaku cemas batinku.
“Bu, ada nggak tadi Faisal?”tanyaku pada penjaga kantin
“Maaf neng, ibu nggak tahu yang namanya Faisal”
“Pak Antoni, ini semua salah kamu. I hate you”maki ku menimpahkan kekesalan, yang membuat penjaga kantin bingung.
“Assalamuallaikum”tegur Aisyah, aku pun hanya diam seribu bahasa.
“Lagi ada masalah ya”sambungnya mencoba mengintrogasiku dengan senyum manis dan kelembutannya.
“Nggak kok”jawabku singkat.
“Kalo ada masalah cerita dong”
“The Choice Dialog Islam Kristen, boleh nggak pinjam bukunya”pintaku sambil mengalihkan pembicaraan.
“Ini, buku itu tentang membongkar kepalsuan Alkitab”jelasnya mengenai isi buku yang berkulit merah kecoklatan karya Ahmeed Deedat yang membuatku terkejut. Aku pun langsung membuka buku itu.
“Salah satu bukti Alkitab itu bukan firman Tuhan adalah adanya ayat porno. Seperti surat Yehezkiel pasal 23 ayat 1 sampai 21” urainya mengenai salah satu isi buku itu.
Aku pun segera mengambil Alkitab yang ada di dalam tasku, ku buka dan ternyata.... Tuhan.....
Sambil membuka lembar-lembar buku itu aku pun bertanya,
“Buat apa kamu pelajari agama orang lain?”tanyaku dengan sinis.
“Buat mencari agama yang sebenarnya”jawabnya tenang. Aku pun terkejut dengan isi Alkitab yang ternyata ada ayat-ayat yang begitu menjijikan ini dan tak layak disebut ayat suci. Serta parahnya lagi, aku tidak tahu meskipun aku sudah berusia 18 tahun dan di pesantren sudah enam tahun.
“Kalo Al Qur’an bener coba apa yang dimaksud dengan Qul’azu birobbinnas, Katakan aku berlindung pada Tuhan manusia, pada surat Annas. Bukankah yang dimaksud dengan Tuhan manusia disana adalah Yesus?”sergahku dengan pertanyaan yang biasanya membungkam mereka yang ngakunya beragama Al Haq ini, Islam.
Ternyata ronah wajahnya tidak sedikit pun berubah, apakah ia dapat menjawabnya batinku bertanya.
“Tuhan manusia disana bukan berarti Yesus, tetapi....Sebelum kesana Tuhan manusia itukan terdiri dari kata benda, Tuhan kata benda, manusia juga kata benda. Benarkan itu?” tanyanya balik dengan sedikit bermain kata-kata dan logika.
“Ia, apa maksudnya?” jawabku singkat disambung dengan pertanyaan.
“Tuhan manusia itu sama dengan Tas Trian yang merupakan kata benda, tas kata benda, Trian kata benda. Kalau seandainya katanya tadi Tuhan manusia berarti Tuhan berbentuk manusia yang berarti Yesus. Bagaimana dengan Tas Trian, apakah tas Trian itu berarti tas berbentuk Trian.”jelasnya sambil menatap mataku. Aku pun hanya tertegun diam dan menerima perumpamaannya.

Indralaya, awal Oktober 2000
Assalamuallaikum, Ry
Tau nggak sejak kejadian akhir September lalu, aku merubah jalan kehidupanku. Awalnya aku adalah kelelawar hitam yang diutus oleh Pesantren Alkitab Palembang* untuk mencuri informasi dan menyusup diantara domba-domba yang tersesat. Sekarang aku berada di antara domba-domba itu yang merupakan jalan yang lurus. Jalan yang penuh dengan kelogisan.
Eh tau nggak, pada saat penembakan ternyata Faisal tidak masuk kuliah karena sudah satu bulan dirawat di rumah sakit. Berarti selama ini ........ Biarlah siapa pun Sang Pencinta itu, yang jelas harus aku lupakan sejenak. Biarlah aku bercinta pada Sang Pencinta yang lebih kuat dari beliau. Yaitu Rabbku Allah SWT.
Palembang, 17 April 2005 20:20 WIB
Terima kasih buat keluargaku dan anak Jamaat Unsri
Cat: *Pesantren Alkitab Palembang adalah salah satu sekolah misionaris yang letaknya tidak begitu jauh dari Unsri.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Satu Jam Pembantaian Insan




Gelap, kaku keadaan di dalam ruangan rumah begitu juga barang-barang di dalamnya pun diam seribu bahasa. Rembulan pun tak mengeluarkan panah lembutnya ke bumi dan Sang Malam pun seperti biasanya dengan pakain gelapnya.
Pasukan angin malam mencoba merangsek ke dalam pori-poriku, mencoba mendinginkan hatiku yang membara. Yang jelas aku harus melakukannya hari ini juga. Aku pun melangkah dengan pasti menuju dapur mengambil sesuatu yang kan ku gunakan untuk melaksanakan semua impianku tuk hidup damai. Seberkas cahaya mantul dari barang yang ku ambil. Tajam, hidup damai itulah yang dapat ku lihat. Benda ini,lah yang kan mewujudkan semua keinginanku. Pisau, ya pisau inilah yang akan mewujudkannya.
Aku pun melangkahkan kaki dengan mudahnya, ke kamar orang yang selalu mengangguku kulihat banyak bayangan hitam berklebatan yang ternyata pasukan syetan menghampiriku. Mereka menuntun kakiku tuk melangkah. Ku buka pintu kamar itu.
“Krek…..” Suara pintu pun seolah berpihak pada ku dengan menimbulkan suara yang tak begitu besar sehingga nyaris tak terdengar.
Itu dia manusia yang selalu mengangguku, dan yang selalu dibela. Ku hampiri sosok tubuh itu. Ini yang pertama.
“Cras, cras, cras.”
Berkali-kali ku ayunkan pisau yang ku pegang ke arah tubuh mungil yang sebulan lagi genap berusia delapan tahun itu. Darah pun berhamburan ke mana-mana, mengalir bagai anak sungai. Satu orang telah tiada, tak ada lagi yang akan mengangguku. Tak akan ada lagi manusia yang dibela.
“Bu, lihat adik nih. Dia merusak hasil karyaku. Besokkan akan dikumpul. Nanti aku kena marah guru nih!” aduku kepada Ibu
“Salah kamu sendiri, masak taruh barang sembarangan!” jawabnya yang tak sesuai dengan keinginanku.
Tiba-tiba lembaran-lembaran memoriku muncul bagai adegan film yang diputar oleh pasukan syetan yang sekaligus menambah semangatku untuk hidup damai tanpa seorang pun yang mengangguku, yang dibela, yang menyalahkanku, yang memarahiku, yang……, yang. Tak terbayangkan alangkah senang dan bebasnya aku jika itu semua dapat terwujud.
Isi ruangan pun hanya bisa berdiam diri melihat kejadian yang barusan terjadi di dalam kamar itu. Mereka diam malas tak bergeming sedikit pun. Syetan- syetan pun bersorak sorai melihatnya. Biarlah sekarang aku menjadi sekutu syetan tapi jika semua apa yang ku inginkan terwujud aku takkan mau bersekutu lagi.
Aku segera mempercepat langkah. Aku takut orang yang tidak berlaku adil, yang selalu menyalahkanku, yang memerintahku ini-itu, yang selalu memarahiku terbangun. Ternyata apa yang ku takutkan pun terjadi.
“San, kamu dengar sesuatu?” tanya Ibu cemas.
Aku pun diam seribu bahasa, seolah-olah tak bertelinga mendengar pertanyaannya.
“Ibu dengar suara gaduh dari kamar adikmu!” sambungnya lagi.
Tanpa basa-basi, aku pun melayangkan pisau yang masih berdarah itu ke ibu.
“Cras……..!”
Tangan Ibu tergores. Ia berlari menjauhiku. Aku pun mengejarnya sambil mengayun-ayunkan pisau yang ku pegang.
“San, Insan, sadar nak. Ada apa dengan mu? Ini Ibu nak!”serunya mencoba menyadarkanku sambil menjauh.
“Apa Ibu? Kau yang seharusnya menyayangi ku tapi mengapa kau tidak pernah berlaku adil. Kau hanya membela adik, kau hanya menyalahiku padahal jelas-jelas adik yang salah. Kau suruh aku ini-itu padahal aku lelah, capek dari sekolah. Kau hanya menuntut, ku harus begini, begitu” jawabku penuh kebencian seakan mau menumpahkan semua isi hatiku yang lama ku pendam.
Lagi-lagi prajurit syetan tertawa dengan sekencang-kencangnya. Mereka terus memberi ku semangat sambil membuka memori lamaku satu persatu, sehingga menambah kebencianku.
“ Insan….. kamu ini bagaimana sih baju belum dicuci, terus taruh sepatu sembarangan”celoteh Ibu kesal
“San, adikmu itu disuapi makan dulu, ibu lagi sibuk nih!”teriak Ibu
“San kamu ini belum ganti pakaian juga !”
“Kamu ini malas benar nyapu rumah, tuh lihat sampah. Jangan dibiarkan saja”
“San, kamu kok nggak tau diri, masak nggak mau ngalah sama adik sendiri”
“San, kamu ini…….”
“Kamu ini…………”
Berkali-kali syetan membuka memori lamaku, sehingga memompa semangatku untuk membunuh orang yang sangat ku benci.
“Cras, cras”
Lagi-lagi pisau itu meminta nyawa, berkali-kali pisau itu ku ayunkan dan mengenai tubuh, muka ibu. Darah pun berhamburan kemana-mana. Ke mukaku, ke tubuhku, ke dinding. Sungai merah pun mengalir dengan derasnya. Lagi-lagi pasukan syetan tertawa kali ini ada yang besar sepertinya raja syetan ikut menonton dan memberiku semangat.
“Insan……….”serunya pelan sambil memegang tubuhnya yang luka tuk menahan rasa sakit.
Aku hanya bisa tersenyum puas melihat tubuhnya terkoyak, jarinya putus, darahnya mengalir membuat sungai merah yang mengalir begitu deras.
Dingin, lagi-lagi pasukan angin mencoba merangsek masuk kedalam tubuhku mencoba mendinginkan hatiku. Sinar putih meluncur dari langit yang ternyata pasukan malaikat yang tak mau tinggal diam melihat perbuatanku, dan perbuatan pasukan syetan yang sedari tadi terus membantuku melaksanakan cita-citaku tuk hidup damai, aman, bebas tak ada yang mengatur lagi.
“Mau apa kalian?”tanyaku pada pasukan malaikat yang baru turun
“Mau mencabut nyawaku”sambungku dengan sombongnya sambil mengarahkan pisau yang baru saja ku gunakan tuk mewujudkan semua harapanku ke mereka. Lalu ku jilat darah yang ada di pisau. Mereka pun tak bergeming dengan ucapan dan tingkah laku ku.
“Kamu sakit, sini Ibu kompres. Biar dingin”bujuk seorang wanita sambil meletakkan sepotong kain telah diberi air itu tuk bocah laki-laki yang umurnya sekitar dua tahunan yang terlelap tidur. Setelah melakukan itu ia tidak langsung tertidur tetapi menjagai anak itu.
“Plok,” suara tangan halusnya memukul nyamuk yang melintas di atas tubuh anak itu. Meskipun Sang Nyamuk hanya numpang lewat tapi ia harus mati demi anak yang terlelap tidur itu.
“Siapa dia?”tanyaku bingung melihat adegan yang sepertinya pernah ku alami
Para malaikat pun tak bergeming. Ternyata malaikat tak mau ketinggalan dengan pasukan syetan yang memutarkan film memori di otakku.
“San kamu lapar?”seru wanita tadi yang ternyata ibuku dan anak mungil itu sudah pasti aku. Aku pun mendapat pukulan telak tentang gambaran yang ada di hatiku.
“Di, bagaimana keadaan kakak”tanya wanita tadi pada bocah yang mungkin berusia lima tahun.
“Sini gantian sama Ibu. Kamu istirahat dulu kan sudah setengah hari nungguin kak Insan”
Berkali-kali muncul adegan yang menolak gambaran ku tentang ibu dan Adi, adikku, yang sangat jauh perbedaannya dengan yang ada di benakku.
“San kamu nggak apa-apa nak”
“Kak Insan sini Adi Bantu”
“San……”
“Kak…….”
“Insan kamu sudah makan nak”seru suara tiba-tiba yang berasal dari belakang ku
“Astagfirullah, Ya Allah apa yang ku lakukan”
Perasaan ku pun berkecamuk dengan kejadian yang barusan terjadi. Apakah ini hanya ilusiku atau ……..kenyataan. Butiran bening pun tak terasa mengalir di pipiku.
“Eh, kamu dari tadi Ibu lihat ngelamun. Emangnya mikiran apa sih, Ibu boleh tau nggak”sambungnya dengan pertanyaan yang beruntun sambil mencubit gemas tubuhku.
“Au….., sakit Bu nanti Insan ke sana”aduku kesakitan yang berarti aku tidak berada di ilusi atau alam hayalku. Yang berarti pula bahwa adegan mengerikan yang barusan ku lakukan berari itu hanya hayalanku. Ibu pun meninggalkan ku di kamar dengan kebimbangan.
Ku coba tuk merunut kembali apa yang ku lakukan. Oh ia akukan tadi lagi menulis surat buat lomba Surat Cintaku Untuk Ibu yang diselenggarakan oleh IPMUSTAQ (Ikatan Pemuda Musholah Taqwa) pada pukul sepuluh sekarang….. mataku pun mencari jam dan ternyata aku berhalusinasi membantai keluargaku selama satu jam.
Ya Allah biarkanlah adegan pembantaian tadi menjadi hayalanku saja jangan sampai menjadi itu menjadi kenyataan. Jauhilah aku dari bisikan syetan yang bersembunyi di dalam hatiku.
Aku pun melayangkan pandanganku ke arah surat yang telah aku buat.
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Segala puji hanya untuk Allah Raja di Raja yang telah memberikan setitik Rahman dan Rahimnya kepada segala mahluk ciptaan-Nya sehingga mereka bisa berkasih saying terhadap sesama.
Sholawat dan Salam kita harurkan kepada Hamab Allah yang suci yang menjadi suritauladan kita disegala bidang terutama dalam tauladan berkasihsayang Nabi Muhamad SAW.
Met hari Ibu, bu. Hari ini dimana ibu-ibu mendapat kasih sayang dari anggota keluarganya yang lain.ibu, tapi bibir ini tak sanggup tuk mengucapkannya. Apalagi tubuh ini tuk membantu memberikan sesuatu sebagai ucapan terima kasih. Mungkin lewat suratlah aku bisa mengungkapkan selamat meskipun tulisan ini terasa kaku dan tak bisa membalas kasih sayang yang engkau berikan.
Bu, aku mulai sadar mengapa engkau begitu rewel. Dimana segala segala sesuatu yang aku lakukan engkau komentari. Aku mulai sadar mengapa kau suruh aku ini, itu. Ternyata apa yang engaku komentari itu semua perbuatan yang harus aku kurangi. Karena engkau berharap aku lebih baik. Aku baru sadar, apa yang engkau suruh ini, itu supaya pada saat dewasa nanti aku bisa berdikari. Aku bisa mandiri.
Entah berapa banyak, ugh, cacian, atau pun gerutuan yang aku ucapkan. Entah berapa banyak halusinasi pembantaian yang ku lakukan di benakku. Yang semua itu disebabkan oleh ketidaktahuan atas semua rewelmu.
Oleh karena itu maafkanlah anakmu ini, Ya Ibu. Semoga Allah mengampuni dosaku dan dosamu Ibu. Amin.
Wassalamuallikum. Wr. Wb.
Selamat Hari Ibu
Anakmu

Insan


“Kak Insan disuruh Ibu ke ……”
“Bruak.”
Aku pun berpaling ke sumber suara benda yang jatuh itu,
“Bu mobil-mobilan Insan hancur gara-gara Adi”pekikku kesal
“Salah kamu sendiri masak taruh barang sembarangan”

Palembang, Agustus 2004
Ya Allah jauhilah diri ku dari bisikan syetan yang bersembunyi di hati
To : Orang Tuaku, dan Saudara-saudaraku semoga Alloh berikan Hidaya-Nya kepada kita. Amin

Kamis, 22 Juli 2010

Zivilia, Aishiteru Cinta Terdekat


Hmm lagi-lagi aku mendengar lagu Zivilia Aishiteru, awalnya aku tidak begitu suka dengan lagu ini tapi karena sering didengar akhirnya suka juga apa lagi kemarin di facebook aku mendapat bukti bahwa lagu ini hasil jiplakan lagu band Jepang. Pas didengar memang mirip tu lagu dengan lagu band Jepang. Lagi-lagi plagiat pikirku tapi what ever la yang jelas aku g begitu pusing dengan berita itu. I don’t care.
Tapi judul lagu ini yang membuatku teringat akan seseorang dan “memaksa” untuk buat aku sedikit berkomentar. Aishiteru heheheh, ini judul mengingatkan aku akan sesorang. Ia dia menuliskan namaku di hapenya dengan nama Aishiteru. Awalnya aku tidak tahu apa itu arti Aishiteru lalu dia menjelaskan kalau Aishiteru itu berasal dari bahasa Jepang yang artinya aku suka kamu, aku cinta kamu. Hmm ternyata dia sangat sayang aku pikirku. Lalu aku pun memanggil dia dengan nama adek yppas, yang merupakan singkatan dari adek yang paling paling aku sayangi (ckckc lebay bgt ya. hehhehe).
Hari demi hari bahkan menjadi bulan, ternyata kami harus membatalkan perjanjian hati yang telah kami buat. Aku hopeless, remuk tanpa bentuk, berjalan tanpa arah. Aku mendadak gila dibuatnya. Aku coba menghubungi dia tapi kecewa yang ku dapat. Tapi aku tersadar bahwa aku tidak boleh mati, aku harus hidup tanpa dia. Jika sebelah kakiku patah maka aku harus tetap berdiri dan berjalan meskipun pincang. Jika tanganku sebelahnya putus maka aku harus tetap mengangkat beban meskipun tidak begitu kuat. Jika sebelah mataku buta maka aku harus tetap menggunakan sebelah mataku untuk membaca cerita kehidupan yang ada dihadapanku.
Ia meskipun begitu aku sadar aku masih punya orang terdekat yang sayang aku. Ada orang yang tersembunyi bilang Aishiteru kepadaku. Mereka ada buat aku. Ia mereka adalah keluarga dan sahabatku. Meskipun mereka tidak pernah menunjukkannya tapi bukti itu ada. Ia bukti itu ada. Benarlah kata orang kadang kita berpikir bahwa rumput tetangga indah padahal rumput di rumah kita itu indah. Kadang kita tidak menyadari itu. Terkadang kita sangat begitu berterima kasih sama orang lain yang menolong kita tapi kita terkadang jarang atau mungkin tidak pernah ucapkan terima kasih sama orang terdekat yang melakukan kebaikan pada kita.
An Nisa : 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
At Tahrim : 6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Aku sadar aku boleh tetap sayang sama orang yang panggil aku Aishiteru dengan tetap menjalin silaturami sama dia tapi aku juga harus tetap sayang sama keluargaku yang sangat menyayangiku. (terima kasih keluargaku terima kasih adek yppas). (Home, 210710)

Hanya Satu Yaitu Kau


Beberapa pekan ini atau mungkin sudah masuk hitungan satu bulan kali ya, kami sekeluarga dan tetangga sekitar rumah resah oleh seorang pemuda yang kebiasaannya ‘ngelem’. Setiap malam dimulai pada saat waktu Maghrib (hehhehehe seperti setan saja kalau Maghrib berkeliaran atau memang tu anak da jadi ….. ). Kalau dia sudah ‘ngelem’ mulai de tertawa sendirian, mondar-mandir gak jelas kemana, enak kalau cuma itu yang dilakukannya. Eh ne anak malah panjang tangan ada saja barang yang hilang. Helm di rumah dan bunga plus potnya diambil juga oleh dia. Dikatakan gila tapi dia tau uang dan hoby maling. Ckckck bahkan dia pernah melempar bapak pakai kaleng lem yang dihisapnya pada hal bapak Cuma duduk saja di luar rumah. Alhamdulillah bapak tidak apa-apa dan masalah cepat selesai.
Selang beberapa hari lorong aman karena tidak ada dia, eh g taunya semalam pas lagi enak-enaknya makan sama keluarga dan dek Ayu sama dek Yayan lagi duduk di ruang tamu ada yang melempar kaca. “Bruaak” suara kaca pecah, sekeluarga panik adik-adikku yang kecil teriak. Aku dan dua adikku langsung keluar ambil kayu yang ada di samping rumah bekas kayu bangunan sebelah rumah. Kami teriak dan langsung mau memukuli dia, tu pemuda melawan tapi dilerai oleh keluarganya. Aku dan adikku Yayan mendekat tuk berikan “perlawanan”. Lalu keluarganya mendekat sambil berkata “Kagek kaconyo kami ganti (nanti kacanya kami ganti).” Aku spontan ngomong “ bukan masalah kaconyo wak tapi kalu keno adek aku cak mano?(bukan masalah kacanya wak tapi kalau kena adikku bagaimana?” adikku yang bungsu menangis sambil teriak karena shok.
Ternyata tu pemuda malah tetap berikan perlawanan sambil mengeluarkan senjata dan mau ambil batu yang ada disekitar dia. Ehm kami cemas, lalu adikku Yayan telepon temannya yang polisi lalu ceritakan masalah ini, namun jawaban yang diterima apa dia lagi di luar kota, lalu aku telepon bapak dan ceritakan kejadiannya, bapak pun langsung pulang ke rumah. Mamak pun suruh aku telepon Mang Badar, aku pun menelpon mang Badar dengan melihat bahwa tu “sampah” masih tetap mau memberikan perlawanan. Lagi-lagi apa yang ku dapat “maaf Mang Badar dak biso kesano karena bis kecelakaan ini be nak begawe dipaksoi kareno dak lemak badan (Maaf mang Badar tidak bisa kesana karena habis kecelakaan. Ini saja mau berangkat kerja dipaksai karena tidak enak badan)”
Aku kecewa melihat orang-orang yang bisa diharapkan pertolongannya bahkan tetangga sekitar rumah yang katanya juga resah tidak keluar seorang pun. Hei dimana kalian, kami ada masalah ni, bukankah ini juga masalah kalian? Batinku
Adik-adikku menelpon orang-orang yang bisa diharapkan ternyata apa hasilnya nihil. Lalu aku teringat dengan “seseorang’ yang bisa aku harapkan. Dan dia tidak akan mengecewakanku. Ia dia Allah, Dia dekat. Dia ada. Aku pun bermunajat dalam hati Allah Kau pasti menolongku. Tidak ada lagi yang bisa aku harapkan kecuali Kau. Kau sebaik-baik penyelesai masalah. Alhamdulillah suasana menjadi tenang dia pun ditarik oleh keluarganya ke dalam rumah. Tidak lama dari itu bapak datang, pak RT datang. Lagi-lagi aku tersadar hanya satu yang takkan buat aku kecewa yaitu Kau Allah. Aku sadar berkali-kali melukaiMu dengan kesalahan yang aku perbuat baik dengan sengaja atau pun karena ketidak tahuan aku. Tapi aku sadar tidak akan ada yang bisa menolongku kecuali Engkau Allah.
Allah Kau sebaik-baik pelindung Lindungilah aku sekeluarga. Allah Kau sebaik-baik pengabul permintaan tolong kabulkan pintaku ini. Maaf kan terkadang jadi “penantang” dan melukaiMu. (Home, 210710)

Selasa, 22 Juni 2010

Belajar Islam Dari Wong Palembang


Belajar Islam Dari Wong Palembang tidak salah ini judul tulisan, inilah reaksi dari satu temanku ketika baca tulisan yang aku sodorkan kepadanya untuk dimintai komentar (wah dari judul saja sudah dikomentari pikirku jangan-jangan tulisan ini bakalan dipermasalahkan fikirku). Kenapa harus belajar dari orang Palembang? Belajar agama lagi? Sambungnya dengan deretan pertanyaan.
Pertanyaan ini mungkin juga akan muncul pada teman-teman yang membaca tulisan ini (hehhehe jika ada sih), Wong Palembang dan Islam mungkin bagi orang itu dua kata yang tidak nyambung tetapi inilah yang bisa aku kasih tahu. Dibalik gambaran orang tentang Wong Palembang yang katanya sangar, masalah sepele ribut, masalah kecil bunuh-membunuh sampai-sampai temanku yang berasal dari Palembang ketika mau belajar atau kerja di Jawa menyembunyikan identitas aslinya karena takut tidak diterima baik oleh orang sekitar dan orang yang akan berikan mereka kerja. Padahal menurutku itu semua bukanlah ciri khas orang Palembang keseluruhan lagian masalah seperti itu bukan hanya masalah yang ada dan jadi ciri khas orang Palembang karena daerah lain pun ada yang seperti itu. Aku pikir mungkin wartawan Palembang yang sangat rajin mengirim berita yang mungkin tanpa sadar berdampak pada pencitraan orang Palembang.
Tapi apa hubungannya belajar Islam dengan orang Palembang lagi-lagi temanku bertanya tentang korelasi Islam dan Wong Palembang. Aku jawab mungkin bagi orang kebiasaan orang Palembang yang selalu mengucapkan kata “untung” setiap pada suasana itu adalah bayangan bahwa orang Palembang itu selalu mau cari untung selalu mencari yang tidak merugikan atau tidak mau rugi, sebagai contoh: Ontong cuman keno mato batu tadi (Untung cuma kena mata batu tadi), ontong kaki be yang keno lindes mobel (untung cuma kaki saja yang kena lindas mobil), ontong cuman kakinyo be yang patah (untung cuma kakinya saja yang patah), ontong mayatnyo dak angus tebakar (untung mayatnya tidak hangus terbakar).
Padahal secara logika apa untung yang bisa dicari dari mata yang kena batu? Manfaat apa yang bisa diambil jika kaki tidak bisa dipakai? Buat apa mayat meskipun tidak terbakar? Lagi-lagi temanku bertanya disertai tawa “Memang hubungan Islam dengan kata untung itu apa?” Reaksi seperti itu mungkin wajar ada-ada saja orang Palembang meskipun dalam musibah masih mau cari untung. Tetapi justru itulah pelajaran yang bisa kita ambil dari Wong Palembang yang sering menggunakan kata Ontong (untung) karena orang Palembang itu adalah orang yang selalu bersyukur bahkan pada saat dalam musibah ia selalu mencoba bersyukur dan mau berbaik sangka pada Allah atas musibah itu, sehebat apapun masalahnya orang Palembang selalu bersyukur, bukankah. Ini sangat sejalan dengan ayat Allah pada surat Al Mu'minuun : 78. Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Ayat di atas jelas sekali bahwa akan sangat sedikit manusia yang bersyukur meskipun mereka telah memiliki pendengaran, penglihatan dan hati yang sehat. Pendengaran, penglihatan dan hati yang sehat itu tidak akan bermafaat jika kita tidak pandai bersyukur. Kebiasaan orang Palembang yang selalu mau cari untung itu sebenarnya sudah sejalan dengan ayat Al Quran An Naml : 40
"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Jadi bagi teman-temanku yang berasal dari Palembang janganlah malu akui kalau berasal dari Palembang karena kejahatan itu bisa dilakukan oleh suku apa pun dan dimana pun, bagi teman-teman yang berasal dari daerah lain jangan malu juga belajar Islam dari Wong Palembang meskipun belajar bersyukur. Ingat Palembang pernah jadi pusat Islam Palembang pernah punya kesultanan Darussalam.(OB, 21 Jun)

Selasa, 25 Mei 2010

Bapak dan Juzri




“Ini kurang bersih! Ini seharusnya seperti ini! Kurang kuat nyikat bannya! Kalau sudah langsung dilap biar tidak ada bercaknya!” Itulah rentetan ucapan bapak ketika menanggapi motor yang habisku bersihkan. Komentar yang sudah aku duga.
“Cerewet, tidak pernah hargai hasil orang! Orang sudah capek.” batinku meledak mengeluarkan kata-kata karena kecewa. Setelah semua kata-kata itu keluar dari hak meskipun tak terucap oleh lidah lagi-lagi aku tersadar bahwa bapak sayang aku, ia seperti ini biar aku baik, biar motor itu bersih.
Lihatlah bagaimana bapak melindungimu ketika motor dari benturan dengan kendaraan lain. Ingatkah ketika belum ada motor, ia mengantar kemanapun, dimanapun, kapanpun. Ia seperti itu sangat sayang denganmu. Lagi-lagi hati mengingatiku akan kebaikan bapak.

Flp, 23 Mei 2010