Kamis, 22 Juli 2010

Hanya Satu Yaitu Kau


Beberapa pekan ini atau mungkin sudah masuk hitungan satu bulan kali ya, kami sekeluarga dan tetangga sekitar rumah resah oleh seorang pemuda yang kebiasaannya ‘ngelem’. Setiap malam dimulai pada saat waktu Maghrib (hehhehehe seperti setan saja kalau Maghrib berkeliaran atau memang tu anak da jadi ….. ). Kalau dia sudah ‘ngelem’ mulai de tertawa sendirian, mondar-mandir gak jelas kemana, enak kalau cuma itu yang dilakukannya. Eh ne anak malah panjang tangan ada saja barang yang hilang. Helm di rumah dan bunga plus potnya diambil juga oleh dia. Dikatakan gila tapi dia tau uang dan hoby maling. Ckckck bahkan dia pernah melempar bapak pakai kaleng lem yang dihisapnya pada hal bapak Cuma duduk saja di luar rumah. Alhamdulillah bapak tidak apa-apa dan masalah cepat selesai.
Selang beberapa hari lorong aman karena tidak ada dia, eh g taunya semalam pas lagi enak-enaknya makan sama keluarga dan dek Ayu sama dek Yayan lagi duduk di ruang tamu ada yang melempar kaca. “Bruaak” suara kaca pecah, sekeluarga panik adik-adikku yang kecil teriak. Aku dan dua adikku langsung keluar ambil kayu yang ada di samping rumah bekas kayu bangunan sebelah rumah. Kami teriak dan langsung mau memukuli dia, tu pemuda melawan tapi dilerai oleh keluarganya. Aku dan adikku Yayan mendekat tuk berikan “perlawanan”. Lalu keluarganya mendekat sambil berkata “Kagek kaconyo kami ganti (nanti kacanya kami ganti).” Aku spontan ngomong “ bukan masalah kaconyo wak tapi kalu keno adek aku cak mano?(bukan masalah kacanya wak tapi kalau kena adikku bagaimana?” adikku yang bungsu menangis sambil teriak karena shok.
Ternyata tu pemuda malah tetap berikan perlawanan sambil mengeluarkan senjata dan mau ambil batu yang ada disekitar dia. Ehm kami cemas, lalu adikku Yayan telepon temannya yang polisi lalu ceritakan masalah ini, namun jawaban yang diterima apa dia lagi di luar kota, lalu aku telepon bapak dan ceritakan kejadiannya, bapak pun langsung pulang ke rumah. Mamak pun suruh aku telepon Mang Badar, aku pun menelpon mang Badar dengan melihat bahwa tu “sampah” masih tetap mau memberikan perlawanan. Lagi-lagi apa yang ku dapat “maaf Mang Badar dak biso kesano karena bis kecelakaan ini be nak begawe dipaksoi kareno dak lemak badan (Maaf mang Badar tidak bisa kesana karena habis kecelakaan. Ini saja mau berangkat kerja dipaksai karena tidak enak badan)”
Aku kecewa melihat orang-orang yang bisa diharapkan pertolongannya bahkan tetangga sekitar rumah yang katanya juga resah tidak keluar seorang pun. Hei dimana kalian, kami ada masalah ni, bukankah ini juga masalah kalian? Batinku
Adik-adikku menelpon orang-orang yang bisa diharapkan ternyata apa hasilnya nihil. Lalu aku teringat dengan “seseorang’ yang bisa aku harapkan. Dan dia tidak akan mengecewakanku. Ia dia Allah, Dia dekat. Dia ada. Aku pun bermunajat dalam hati Allah Kau pasti menolongku. Tidak ada lagi yang bisa aku harapkan kecuali Kau. Kau sebaik-baik penyelesai masalah. Alhamdulillah suasana menjadi tenang dia pun ditarik oleh keluarganya ke dalam rumah. Tidak lama dari itu bapak datang, pak RT datang. Lagi-lagi aku tersadar hanya satu yang takkan buat aku kecewa yaitu Kau Allah. Aku sadar berkali-kali melukaiMu dengan kesalahan yang aku perbuat baik dengan sengaja atau pun karena ketidak tahuan aku. Tapi aku sadar tidak akan ada yang bisa menolongku kecuali Engkau Allah.
Allah Kau sebaik-baik pelindung Lindungilah aku sekeluarga. Allah Kau sebaik-baik pengabul permintaan tolong kabulkan pintaku ini. Maaf kan terkadang jadi “penantang” dan melukaiMu. (Home, 210710)

2 komentar:

Meliana Aryuni mengatakan...

Gantungkan harapan hanya kepada Allah karena haya Allah-lah sebaik2 Pelindung dan Penolong kita ^^

Orang Biasa mengatakan...

terima kasih bunda Meli, yupz betul bgt