Selasa, 27 Januari 2009

Resensi Perempuan Berkalung Sorban


Starring:
Revalina S Temat, Oka Antara, Widyawati, Joshua Pandelaki, Leroy Osmani, Cici Tegal, Ida Leman, Pangki Suwito, Risty Tagor, Berliana Febrianti, Reza Rahardian
Screenplay By:
Ginatri S Noer, Hanung Bramantyo
Directed By:
Hanung Bramantyo
Produced By:
Starvision
Plot Outline:
Sinopsis Film
Perempuan Berkalung Sorban

Berdasarkan Novel karya : Abidah El Khalieqy

Ini adalah sebuah kisah pengorbanan seorang perempuan, Seorang anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan isteri. Annisa (23th), seorang perempuan dengan pendirian kuat. Cantik dan cerdas. Annisa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda Jombang, Jawa Timur. Pesantren Salafiah putri Al Huda adalah pesantren kolot dan kaku. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Quran, Hadist dan Sunnah. Ilmu lain yang diperoleh dari buku-buku apalagi buku modern dianggap menyimpang. Karena itu para santri, termasuk Annisa, dilarang membaca buku-buku tersebut.

Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim. Seorang muslimah yang baik menurut Islam adalah, tidak diperbolehkan membantah suami; Haram meminta cerai suami; selalu ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan suami, termasuk jika suami berkehendak melakukan poligami; Tidak boleh berkata lebih keras dari suaminya, sekalipun dalam menyatakan ketidaksetujuan; Tidak boleh mengulur-ulur waktu bahkan menolak ketika suami mengajak berjimak; Ikhlas menerima pembagian waris sekalipun hanya ¼ bagian. (lebih kecil daripada bagian laki-laki).

Pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa Islam sangat membela laki-laki. Islam meletakkan perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak kecil Annisa selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari Kyai. Dua orang kakaknya boleh belajar berkuda, sementara Annisa tidak boleh hanya karena dirinya perempuan.

‘Bagaimana dengan Hindun Binti Athaba?’ Tanya Annisa kepada ayahnya. ‘Beliau perempuan, seorang panglima. Lalu Fatima Azahra, putri Rosul, malah memimpin perang.’ Tapi protes Annisa selalu dianggap rengekan anak kecil. Annisa juga sering memprotes, ketika Ustadz Ali mengajarkan kitab Ahlkaqul Nisaa, Bulughul Maram dan Bidayatul Mujtahid, yang membahas hak dan kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa. ‘Apa hukuman buat suami yang minta cerai,. Padahal sang isteri kekeuh mempertahankan rumah tangga?’ Tanya Annisa kepada Ustadz Ali. ‘Lalu bagaimana jika suami yang mengulur-ulur waktu atau menolak ketika sang isteri mengajak berjimak? Apa hukuman buat suami?’

Lagi-lagi protes Annisa hanya dianggap sambil lalu. Annisa selalu merasa dirinya berada dalam situasi yang salah. Hanya Khudori, paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Annisa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Khudori selalu menjadi tambatan, curahan perasaan Annisa ketika dirinya diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Diam-diam Annisa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan, sekalipun bukan sedarah. Khudori juga menyadari selisih umur yang terpaut jauh dengan Annisa. Hal itu membuat Khudori selalu membunuh cintanya demi menjaga stabilitas pesantren. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo.

Khudori selalu menekankan ke Annisa untuk belajar. Kalau perlu sampai ke luar negeri. Khudori yang membawa apemikiran Annisa kearah keterbukaan wawasan, hingga secara diam-diam Annisa mencoba mendaftarkan kuliah ke jogja dan keterima. Tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan kuliah ke Jogja, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh orang tua. Annisa merengek dan protes dengan alasan ayahnya.

Akhirnya Annisa malah dinikahkan dengan Samsudin, seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jombang. Pernikahan itu dimaksudnya juga sebagai pernikahan dua pesantren Salafiah yang mana nantinya akan menjadi pesantren besar di kota Jombang seperti Tebu Ireng. Sekalipun hati Annisa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga demi kelangsungan keluarga dan pesantren Al Huda.

Dalam mengarungi rumah tangga bersama Samsudin. Annisa selalu menadapatkan perlakuan kasar dari samsudin. Samsudin adalah tipe seorang laki-laki pengidap kelainan psikologis. Seorang lelaki possesif, kasar. Tapi ketika Annisa berniat meninggalkannya, Samsudin akan berubah menjadi lelaki rapuh yang merengek-rengek sambil bersujud meminta ampun kepada Annisa. Biduk keluarga Annisa berlangsung bagai neraka. Tubuh Annisa yang semula segar bercahaya, menjadi suram. Apalagi dalam 2 tahun pernikahan, Annisa tidak dikaruniai anak. Keluarga Samsudin semakin memandang buruk Annisa dan samsudin. Sampai kemudian Annisa harus menhadapi kenyataan Samsudin menikah lagi dengan seorang janda bernama Kalsum. Seorang perempuan lebih tua, cantik dan bisa mempunyai anak. Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Annisa seketika runtuh. Annisa berada dalam pusaran gelombang panas yang tidak memiliki harapan untuk keluar.

Dalam keputusasaaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Annisa seperti mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak Kyai seperti Samsudin. Apalah arti seorang Khudori bagi keselamatan Annisa. Tapi Annisa tidak peduli. Dia tumpahkan keluh kesah ke Khudori. Annisa meminta Khudori membawanya pergi. Annisa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa keluar dari kemelut keluarganya. Tapi Khudori bukan lelaki gegabah. Khudori mencoba meredam ‘bara’ Annisa. Dalam kegusarannya itu, Khudori memeluk Annisa. Sebuah pelukan hangat seorang paman kepada keponakannya yang sedang resah. Tapi tiba-tiba, Samsudin datang dan memergoki kedunya. Samsudin berteriak ‘Zinah! Rajam! Rajam!’ yang kemudian membawa Annisa dan Khudori kedalam kemelut fitnah. Annisa tidak bisa berbuat apa-apa karena orang-orang sudah terlanjur terbakar emosi fitnah. Kejadian itu membuat Kyai Hanan malu dan sakit hingga kemudian meninggal. Khudori diusir dari kelangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Annisa pergi ke jogja untuk melanjutkan niatannya sekolah. Pesantren Al Huda diserahkan kepada Reza, kakak Annisa untuk dikelola. Akibat peristiwa itu, hubungan keluarga Samsudin dan Annisa menjadi buruk. Tapi Reza mencoba memperbaiki hubungan silaturahmi dengan keluarga Samsudin demi kepentingan pesantren. Hal itu membuat hubungan Reza dan Annisa renggang. Dimata Reza, Annisa seorang perusak stabilitas keluarga. Perilaku Annisa buka cerminan anak kyai yang baik. Sementara itu Annisa berkembang sebagai muslimah dengan wawasan dan pergaulan yang luas. Lewat studinya sebagai penulis, Annisa banyak menyerap ilmu tentang filsafat modern dan pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak buku sudah dihasilkan dari Annisa yang memotret hak perempuan dalam Islam.

Dalam kiprahnya itu, Annisa dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai. Namun Annisa masih dalam trauma pernikahan. Tapi Khudori adalah lelaki dewasa yang bisa mengerti kondisi Annisa. Akhirnya keduanya menikah meski sebetulnya pernikahan itu membuat hubungan Annisa dan keluarganya semakin jauh. Oleh Khudori Annisa disarankan untuk pulang. Annisa tidak mau karena dirinya sudah merasa diusir dari rumah itu. ‘Sebenarnya tidak ada yang mengusir kamu. Kamu yang selalu merasa terusir oleh kami.’ Begitu Ibunya selalu bilang kepada Annisa. Bagi Annisa Ibu adalah figure yang lemah. Tidak berdaya dihadapan ayahnya. Ibu bukan seorang yang bisa dijadikan teladan bagi Annisa. Tapi kemudian Annisa sadar bahwa untuk menciptakan lingkungan nyaman, seseorangan harus mengubah dirinya menjadi nyaman. Dan itu yang dilakukan oleh Ibu, yang biasa dipanggil Nyai. Rasa diam ibu, yang dianggap Annisa sikap lemah dan tak berdaya, sebenarnya adalah sikap toleran dan pengertian demi lingkungan stabil yang dia perjuangkan.

Akhirnya Annisa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Kata maaf dari Annisa bukan ditujukan untuk suatu kesalahan. Tapi sebuah sujud rasa bakti kepada orang tua. Dalam kata maaf itu, Annisa berjanji untuk terus berjuang menjadi yang terbaik. Menjadi muslimah sebagaimana yang Ayah dan Ibunya inginkan ….


Jakarta, 6 Juni 2008
Hanung Bramantyo dan Ginatri S Noer

Sabtu, 27 Desember 2008

Keburukan Yang Ditimbulkan Tahun BAru




J Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. (kayak yang udah dibahas di atas)

J Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.

J Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika…

J Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala.

J And masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Alloh. Wallahu a’lam bi showab…





Moga Manfaat ya Orang biasa….

-Aisya

Renungan 1 Muharram


Sudah muharram lagi
Sudah tahun baru lagi
Selamat tahun baru kawan kawan

Sudah tahun baru lagi
belum juga tibakah saat kita menunduk
memandang diri sendiri
bercermin di ruang Tuhan.. Sebelum kita dihsabnya

kawan..... siapakah gerangan kita ini sebenarnya??!!!!!!
muslimkah???
mu'mininkah???
muttaqien??
khalifah allahkah?
khairrul umatinkah kita!!??
umat muhamadkah kita??

atau.. kita sama dengan makhluk lain
atau.. bahkan lebih rendah lagi
hanya budak budak perut dan kelamin



iman kita kepada alloh yg ghaib
rasany lebih tipis dibandingkan dgn uang kertas seribuan bukan?

syahadat kita..
rasanya seperti perut beduk atau pernyataan kosong pegawai rendahan

sholat kita lebih cepat daripada menghirup kopi panas

puasa kita..
rasanya seperti mengubah jadwal
zakat kita..
jauh lebih berat dibandingkan tukang becak melepas penghasilanya

haji haji kita tak ubahnya tamasya-tamasya menghibur diri
membuang dosa besar untuk mendapatkan label label haji

kawan .... lalu bagaimana?
berapa lama kita pergi bersamanya??
Atau kita justru sibuk dan terlalu sibuk!!! sibuk!!!!! sibuk menjalankan tugas,
mengatur bumi dan seisinya sebagai khalifah khalifahnNYA.

kawan.. tak terasa kita semakin pintar barangkali
mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita
paling tidak... kita semakin pintar untuk berdalih


kitapun memperkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
kita lalu berkelahi untuk menegakkan kebenaran
kita melacur,, dan menipu demi keselamatan
kita pamer kekayan demi mensyukuri kenikmatan
kita memukul! ,kita mencaci!, kita menghina demi pendidikan
kita berbuat semaunya demi kemerdekaan
kitapun membiarkan kemungkaran demi kedamaian
pendek kata..
demi semua yg baik, halallah semuanya sampai yg tidak baik


lalu... kapan kita berhijrah?
lau kapan kita menyadari sebuah tahun baru?
muharram kita akan berarti hari ini,,
atau,,
tidak sama sekali





Rabu, 17 Desember 2008

Kisah Islamnya Syeikh Yusuf Estes mantan penginjil


Kisah Mualaf - Kisah Rohaniawan/Budayawan
Monday, 24 March 2008 08:46
Awalnya ia bekerja sebagai musisi di gereja sekaligus penginjil. Namun kini, ia berkeliling dunia dan telah banyak mengislamkan orang. Di bawah ini adalah penuturannya.

Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja sebagai musisi di gereja, penginjil sekaligus mengelola bisnis alat musik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat bisnis dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim. Awalnya ia bermaksud meng-Kristenkan pria Mesir itu. Namun akhirnya ia justru memeluk Islam diikuti oleh istri, anak-anak, ayah serta mertuanya. Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula IslamChannel yang bermarkas di Inggris. Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.

Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs www.islamtomorrow.com.

Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.

Kebanyakan medan kerja kami adalah kawasan institusional seperti pusat militer, universitas, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar kedua setelah Kristen, namun masih banyak saja terjadi misinformasi tentang Islam. Misalnya Islam selalu diidentikkan dengan hal berbau Arab.

Banyak orang bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pastur Kristen bisa masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristen. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pria Kristen bertanya pada saya melalui e-mail kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristen dan masuk Islam. Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga Allah ridha.

Keluarga Kristen taat

Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristen yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku SD kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, masih Texas.

Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk bisa berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat guna menambah pengalaman dan pengetahuan Kristen. Kala itu saya benar-benar haus untuk mempelajari ajaran Kristen. Tidak hanya ajaran Kristen, bahkan ajaran Hindu, Budha, Yahudi,hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali, yakni Islam.

Saya suka musik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di kisaran tahun 1960-an saya mengajar musik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola bisnis entertainment. Kami juga punya toko alat musik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.

Ayah dulu pernah aktif dalam aneka kegiatan gereja. Dari sekolah minggu hingga aktifitas penggalangan dana bagi pengembangan sekolah Kristen. Dia sangat menguasai Bibel dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bibel dalam berbagai versi dan terjemahan.

Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan:”Apakah Tuhan yang menulis Bibel?” Biasanya jawabannya adalah: “Bibel adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.” Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bibel. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,”Akan tetapi (Bibel) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.

Mencari Tuhan

Beranjak dewasa dan memiliki usaha sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut bermental hipokrit. Saya belum bisa menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”

Selama bertahun-tahun saya mencoba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan cek dalam agama Budha, Hindu Metafisika, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencoba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para evangelis dan penginjil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mau menjawab siapa yang menulis Bibel sebenarnya, kenapa Bibel banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bibel, saya tidak menemukan satupun kata “Trinitas.”

Kolega saya akhirnya tidak mampu meyakinkan saya. Mereka lelah mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan “nyeleneh” tersebut. Sampai akhirnya datanglah satu kejadian yang merupakan awal perjumpaan saya dengan Islam. Kejadian yang akhirnya meruntuhkan semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang telah membebani saya selama bertahun-tahun. Solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya datang justru dengan cara, yang menurut saya, aneh dan ganjil.

Jumpa pria Mesir

Ceritanya, awal 1991 ayah mencoba menjalin bisnis dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pria Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak bisnis internasional. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahwa pria itu seorang Muslim.

Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan batin saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pria itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam teroris, pembajak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir (maksudnya Ka’bah-red.). Tidak! Saya tidak mau jumpa orang itu.

Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya buat semacam “aturan” khusus. Antara lain; saya mau bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya musti bawa Bibel, pakai baju jubah dan peci ala gereja bertuliskan “Yesus Tuhan Kami.” Istri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertamakali dengan orang Islam itu.

Tibalah hari H. Ketika saya masuk toko, langsung saya tanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Mendadak saya dilanda kebingungan. Ah sepertinya pria itu bukan si Islam yang dimaksud. Hati saya membatin. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali alias botak. Ia tidak bersorban dan tidak pula berjubah. Malah pakai jas.

Spontan saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan surban melilit di kepalanya, berjenggot lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pria itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Hanya ada satu pikiran, yakni bagaimana meng-Kristenkan pria Mesir itu.

Interogasi

Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “menginterogasi” pria Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? tanya saya mengawali. Pria itu menjawab ya. Saya mencocornya lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpana kala mendengar jawabannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusan-Nya. Fantastik!

Yang bikin saya syok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Almasih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Ah padahal sebelumnya saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya? Bagaimana mungkin?

Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berdiskusi terutama tentang keimanan. Pria ini sangat lain. Ramah, kalem, dan terkesan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak menyela sedikitpun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pria itu. Namun waktu itu yang masih terpikir oleh saya adalah mencari cara untuk mengajaknya masuk Kristen. Orang ini sangat potensial menurut saya.

Menjadi mitra bisnis

Saya akhirnya setuju untuk menjalin bisnis dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan bisnis di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami justru banyak berdiskusi hal keyakinan Islam dan Kristen ketimbang masalah bisnis. Kami bicara tentang konsep Tuhan, arti hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan banyak lainnya lagi.

Satu ketika saya dapat kabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia berencana untuk tinggal di mesjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.

Satu ketika salah seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal beberapa saat disana. Saya pun musti menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak berdiskusi apapun tentang Islam. Hingga satu hari datang pasien baru. Seorang pria yang kemudian tinggal satu kamar di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kursi roda. Saya berkenalan dengan pria itu. Sekilas tampaknya pria itu seperti sedang depresi berat.

Pria di kursi roda mencari Tuhan

Akhirnya saya tahu pria itu kesepian dan depresi berat serta butuh teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencoba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.

Selepas mendengar kisah itu, pria berkursi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahwa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya berujar bahwa saya bukan seorang pendeta. Pria itu justru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”

“Apa? Saya barusan menceramahi seorang pendeta ? Saya benar-benar syok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?

Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah mantan misionaris yang telah berkeliling Amerika Latin dan Meksiko selama 12 tahun. Kini ia malah depresi dan butuh istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristen juga belajar tentang Islam dan bahkan sebagiannya ada yang doktor di bidang itu. Ini hal baru bagi saya tentunya.

Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahwa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa yaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami bisa berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!

Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Mesjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di mesjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan shalat saja. Tidak ada acara seremoni apapun. Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian apapun?

Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke mesjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khawatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pria berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan topi putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang bolong. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?

Saya benar-benar syok dan semalaman tidak bisa tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada istri. Istri saya justru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya.

Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin shalat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam shalat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta petunjuk-Nya.

Sekeluarga masuk Islam

Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, mantan pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa menit kemudian istri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke mesjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amiin.

Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristen ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.

Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Orthodok, hingga Atheis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways.com yang punya motto terkenal, " where we're always open 24 hours a day and always plenty of free parking." (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir gratis).

Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin. [Zulkarnain Jalil].

Alasan Aku Memeluk ISlam


Hari May
May May Ali



Bacalah! dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakanmu... (QS 96:1)

Anak tertua Muhammad Ali, lahir pada 18 Juni 1986; seorang bintang rap yang sedang menanjak dengan rekaman compact disc-nya, "May May: The Introduction".14 Dia berkata dia telah ditolak oleh beberapa perusahaan rekaman --dia ditolak beratus-ratus kali karena nama akhirnya adalah Ali dan orang mengira bahwa dia seorang gadis kaya yang tidak mempunyai bakat atau alasan untuk nge-rap. Akhirnya dia berhasil mendaratkan sebuah persetujuan dan dalam discnya dia menyampaikan terima kasih kepada "semua yang tidak mempunyai alasan" untuk memberinya kesempatan. "Terimakasih untuk motivasinya", katanya. "The Introduction" memiliki nuansa tanggung jawab sosial --pesan-pesan yang positif untuk kaum muda-- juga kesaksian tentang penyakit-penyakit dunia: penganiayaan, baku tembak, kebrutalan polisi, citra kaum kulit hitam yang stereotip. "Rapumentary Ali" adalah sebuah persembahan kepada ayahnya, idolanya. May May, yang dibesarkan oleh kakek-neneknya setelah orang tuanya bercerai, ingin menjadi seorang petinju. Dia menetapkan pendiriannya untuk menjadi seorang pelawak wanita tetap di Los Angeles sebelum mendapatkan persetujuan rekamannya. Sebelum makan malam di sebuah restoran Thai-Muslim di LA, dia menyanyikan salah satu lagu rapnya. Kemudian dia berfoto dengan pose sedang memeluk pemilik restoran dan istrinya.

Seandainya saya harus mengulangi hidup saya, saya tidak akan meminta orang lain untuk membesarkan saya. Hidup keseharian saya, dan cara berpikir saya, merupakan gaya Islam dan gaya kakek-nenek saya --Aminah dan Sadru-Din Ali. Sembilan puluh persen kehidupan saya dibentuk oleh mereka. Kebutuhan duniawi saya dipenuhi oleh ayah. Dan saya belajar dari kesalahan ibu saya. Sembilan puluh persen dari tingkah laku saya, saya pikir berasal dari Islam dan dari kakek-nenek saya. Segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka pertimbangkannya dari segi agama. Tetapi mereka membolehkan saya pergi kemana saja.

Sebagai anggota Nation, apakah Anda percaya bahwa orang kulit putih itu adalah iblis?

Saya belum cukup dewasa untuk memandang seorang kulit putih dan berkata, "Oh, ini iblis itu!" Tetapi saya tahu itulah keseluruhan konsepnya. Saya tidak pernah benar-benar memahaminya karena saat itu saya masih terlalu muda. Saya masih bermain dengan boneka saya.

Nation sangat tepat dalam aksi tetapi tidak dalam konsep. Aksi mereka selama ini adil dan benar --saya harap kaum Muslim sekarang bertindak seperti Nation. Mereka terorganisir. Saya bangga menjadi seorang gadis kecil Muslimah.

Ayah saya seorang yang sangat sensitif. Jika dia melihat seseorang dalam kesulitan, dan dia tidak terburu-buru untuk suatu urusan, dia akan segera menolong orang tersebut, karena dia merasa bahwa itu merupakan suatu berkah.

Pada suatu malam, ketika itu turun hujan, dia pergi sendiri mengendarai mobilnya kemudian dia membawa pulang sebuah keluarga. Mereka terdiri dari seorang ibu, bapak, dua bayi dan seorang anak berumur tujuh tahun. Kebetulan istrinya, Veronica, sedang bepergian ke luar negeri, dan dua anaknya yang lain bermalam di rumah teman mereka. Dia menempatkan keluarga itu di kamar anak-anaknya dan menyuruh mereka tidur di sana. Dia memberi mereka makan, dan membelikan tiket kereta api supaya mereka dapat kembali ke daerah asal mereka. Ayah saya tidak takut akan apa pun.

Kami sering bepergian. Di bandar udara, saya mengamati betapa setiap orang yang kami temui mengenalinya. Jika kami di jalan, mereka meneriakkan namanya. Saya tahu ayah saya tidak mengenal orang-orang itu. Jadi, ayah saya seperti seorang bintang di film-film televisi atau di bioskop.

Ketika saya mulai dapat berjalan dan bicara, saya mengetahui dia orang yang terkenal, karena saya pergi bersamanya untuk beberapa wawancara. Saya selalu bersama ayah. Saya selalu ingin berada di sampingnya. Saya sangat mencintainya. Dia banyak bermain dan bercanda dengan saya.

Tetapi saya tidak terlalu dilindungi. Saya banyak melihat hal yang sebenarnya tidak seharusnya saya lihat pada usia lima, enam atau tujuh tahun. Saya selalu ingin tahu ketika masih kecil. Saya ingin tahu segala sesuatu yang terjadi, dan melihat segala sesuatu yang seharusnya tidak saya lihat. Maksud saya, dunia seolah berada di rumah saya. Saya melihat artis penipu meminta uang, para wanita membenci ibu saya, berusaha mengerling ayah saya. Saya melihat semuanya. Pada usia muda saya sudah melihat bagaimana orang dapat begitu manipulatif.

Jika saya melihat seorang wanita mendekati ayah lalu dia memberikan tanda tangannya dan sebuah ciuman di pipi serta beramah-tamah dengannya, saya akan berkata, "Saya akan bilang pada sang Utusan!" Sebab sebesar apa pun cinta saya pada ayah saya, saya tahu siapa bossnya, dan itu adalah Elijah Muhammad. Dia begitu setia pada sang Utusan tersebut.

Apakah menurut Anda menjadi putri Muhammad Ali membantu Anda mendapatkan sebuah persetujuan rekaman?

Tidak, hal itu tidak membantu. Bisnis ini sangat berat, memakan waktu. Anda akan melihat banyak orang dalam bisnis ini harus menunggu selama sepuluh tahun untuk mendapatkan sebuah persetujuan rekaman. Ada juga orang yang tidak mempunyai ayah yang terkenal yang hanya menunggu satu tahun.

Dengan menjadi putri Ali, secara otomatis kaum muda akan mengenal saya. Kesan pertama yang mereka dapatkan adalah --Saya ragu, jangan-jangan dia dimanja. Saya khawatir jangan-jangan dia telah memiliki segalanya. Itulah hal pertama yang dipikirkan kawan sebaya saya --sampai mereka merasa harus mengenal saya. Jadi saya pikir sulit sekali bagi saya untuk membuktikan keberadaan saya di musik rap. Sulit sekali, karena orang-orang hanya menunggu saya untuk mencari-cari hal yang tidak mereka sukai. Saya harus meyakinkan bahwa segala sesuatunya telah sempurna. Saya merasa harus menjelaskan latar belakang saya --bahwa saya tidak dibesarkan sebagai orang kaya. Satu-satunya jalan agar mereka mau membeli kaset Anda adalah dengan membuat mereka menyukai Anda.

Mengapa memilih musik rap? Latar belakang Anda sebenarnya tidak mendukung Anda menjadi seorang penyanyi rap.

Itu sangat mendukung. Ada dua alasan: Kedua orang tua saya adalah entertainer. Ibu saya seorang fotografer. Ayah saya seorang penghibur. Dia seorang atlet. Ketika saya masih kecil, saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penghibur.

Ayah saya memegang teguh agamanya dan berjuang lewat tinju. Dia seperti seseorang yang senantiasa menyampaikan sebuah pesan. Saya banyak mewarisi sifat ayah saya. Medium saya adalah musik rap.

Karena berada di dunia hiburan, ayah tahu pengaruh-pengaruh negatif dan kesalahan yang diperbuatnya pada masa kejayaannya. Dia tidak ingin kesalahan itu terjadi pada saya, dia hanya merasa tidak yakin. Tetapi dia tidak pernah memarahi saya.

Sebuah syair lagu saya mengatakan, "Belajarlah dari seorang rekan Muslimah..." Saya membiarkan orang-orang tahu bahwa saya seorang Muslim, dan saya menyampaikan itu pada semua orang. Semua anak muda sekarang mendengarkan musik rap, itulah yang menjadi motivasi saya.

Album solo saya yang pertama diedarkan tahun lalu. Judulnya Life's a Test. Sebenarnya, ketika saya sedang membaca Al-Quran dan melihat catatan kakinya, saya memahami bahwa hidup adalah sebuah ujian dan saya berkata, wah, ini judul yang bagus! Paragraf pertamanya berbunyi:

This life ia a test
I must confess
'Cause I've learnt from the very best
Qur'anic verses say you must live to give
Step right up
I'm gonna tell you how it is...

Setiap orang mempunyai idola atau seseorang yang benar-benar mereka sukai. Dan setiap tahun, saya bertemu seseorang yang saya hormati, saya kagumi atau saya lihat berita yang mengagumi ayah saya. Siapa pun dia, mereka mencintai ayah saya. Orang awam tidak pernah mengalami perhatian semacam itu dari seseorang yang merendahkan diri mereka kepada ayah Anda. Di satu pihak hal itu seperti tertuju kepada Anda. Saya mendapat semangat dari keadaan itu. Saya pikir ini sungguh menggembirakan.

Tidak seperti kebanyakan anak lain, saya ingat karir ayah saya dan banyak menghabiskan waktu bersamanya selama karirnya. Saya ingat ketika dia berlatih untuk beberapa pertarungan. Saya melihatnya di Deer Lake bersama Larry Holmes sebagai mitra tandingnya. Orang-orang berdatangan, dan mereka memadati sasana tersebut. Saya ingat Don King selalu berada di jajaran para kru. Ayah sering kali mengancam akan memotong rambutnya. Suasana di sana selalu menyenangkan. Melihat dedikasinya, betapa berat dia bekerja. Saya jadi mengerti kita tidak akan menjadi yang terbaik di suatu bidang jika tidak bekerja ekstra keras.

Adakah suatu pertandingan di mana Anda mengharapkan dia kalah sehingga dia akan berhenti bertinju?

Trevor Berbick. Pertarungan yang paling menyakitkan bagi saya untuk ditonton adalah pertandingannya melawan Larry Holmes. Saya tidak berada di sana. Saya menyaksikannya di televisi bersama sekelompok orang asing di pusat kota Chicago. Mereka tidak mengetahui putri petinju itu ada di antara mereka, duduk di bagian belakang.

Dia seharusnya sudah berhenti bertinju --sebelum melawan Larry Holmes. Dia kehilangan kekuatannya dengan cepat. Para kru dan manajernya berkata, Ayo, serang, Ali, ini pertarunganmu yang terakhir. Dan saya tahu dia tidak memiliki kekuatan untuk itu. Sungguh menyakitkan. Maksud saya, dia bukan lawan Larry Holmes pada usianya saat itu. Saya merasa sayalah yang dipukuli.

Kemudian dia bertarung lagi. Kami semua larut dalam pertarungan itu, dan saya tahu Berbick tidaklah sekuat Larry Holmes. Seluruh keluarga kami membicarakan hal itu. Kami merasa kami menginginkan ayah kalah sebab dia tidak perlu bertanding lagi. Banyak sekali tekanan dari luar yang mengatakan padanya, selama engkau masih menang, teruslah bertarung --sebab mereka menginginkan uangnya. Yang mereka pikirkan hanyalah uang --uang! uang! uang!

Keluarga kami tahu itu tidak baik untuk kesehatannya. Ketika dia kalah, saya pergi [mendesah lega]. Saya begitu bahagia. Bukan hanya dia tidak terluka. Dia tidak mendapat pukulan yang berbahaya. Itu benar-benar pertarungan yang berakhir seri. Dan saya pikir para juri memberikan kemenangan pada Berbick sebab dia tidak perlu menang.

Kadang-kadang, saya ingat bagaimana dia dahulu terbiasa berbicara cepat, tetapi sekarang tidak lagi. Ketika saya bersama ayah, saya merasa bahagia. Saya banyak menghabiskan waktu bersama ayah. Saya banyak melakukan kesalahan dalam hidup saya. Saya lebih suka dihukum di sini sekarang daripada dihukum di Hari Akhir. Dan saya mempercayai ayah. Selama dia bahagia dan sehat, dan dapat melakukan apa yang diinginkannya, saya bahagia.

Adakah gurauan- gurauan tertentu dalam lagu Anda?

Saya mempunyai sebuah gurauan tentang ayah saya. Saya bilang dia bukan ayah sebagaimana umumnya. Dia tidak meninabobokan saya dengan lagu anak-anak yang biasa. Dia menciptakan sendiri syairnya. Itu sedikit menakutkan saya. Dia akan merebahkan saya di tempat tidur dan menyanyikan:

Hush, little May May, go to bed before
I get a Frazier flashback
and knock you in the head.

Saya mengkritik hubungan bebas pria-wanita yang banyak terjadi sekarang. Saya katakan seorang laki-laki akan menghampiri saya hari ini lalu mengajak saya keluar, dan bisa jadi menginginkan bersama saya malam itu. Saya berkata: Maka suatu saat orang itu melakukan hal tersebut. Kami berada di lampu merah jalan raya; saya mengendarai mobil kecil saya yang terbuka kapnya. Dia memandang saya. Dia berkata, "Hey, sayang. Bagaimana kalau kamu dan saya bersama malam ini?" Saya berkata, "Boleh. Saya hanya ingin membuat kamu tahu bahwa saya seorang pembunuh." Dia berkata, "Tenang, kita sama." Saya berkata, "Oh, baik. Saya juga ingin memberitahu kamu bahwa saya telah dites HIV-positif." Dia berkata, "Saya mencintai kamu. Kita mempunyai dua kesamaan." Lalu saya mengendarai mobil saya menjauhinya.

Saya harus jujur: Saya tidak suka suasana di klub-klub komedi. Itulah sebabnya saya tidak mencoba untuk menjadi seperti Whoopi Goldberg atau Eddie Murphy. Dan saya harus menahan diri. Kadang-kadang kita sangat ingin melucu sehingga kita mengikuti orang yang kasar dan kotor, sekalipun sebenarnya kita tidak ingin terjebak ke dalam perangkap itu. Mungkin Anda berpikir, 'kan saya dapat melakukannya hanya untuk melucu. Tetapi saya bukan tipe orang yang cabul dan saya tidak memperbincangkan masalah seks.

Saya bertemu Prince setelah Purple Rain. Dia seorang bintang. Tetapi Prince selalu mengganggu saya. Saya tidak mengatakan saya tidak menikmati lagu-lagunya; saya berkata sebagai pribadi, saya tidak menaruh rasa hormat terhadap Prince. Saya tidak pernah, membeli kaset Prince sejak saat saya bertemu dengannya. Saya tidak suka mendengar lirik-liriknya. Saya tidak tahan mendengarkan "Cream --Get on top". Saya tidak sanggup menyanyikannya.

Saya berjuang untuk menjadi suatu alternatif dan berharap dapat menjadi pemimpin. Segera setelah Anda mendapatkan sebuah posisi di mana Anda dapat menarik berjuta penggemar, Anda akan menjadi pemimpin, suka atau tidak.

Mungkin seorang penyanyi rap akan berkata, Saya seorang artis; Saya tidak bertanggung jawab terhadap siapa pun. Jika Anda berkata sesuatu kepada seseorang, khususnya kepada berjuta-juta orang, Anda akan berpengaruh terhadap mereka, dan itu merupakan tanggung jawab Anda. Itulah yang diajarkan dalam agama kami. Kami mempercayai hal itu sebagai Muslim.

Saya mendapati bahwa tinggal di Amerika membuat saya jadi cepat marah. Jika ada sesuatu yang mengganggu saya, saya hanya ingin memusatkan perhatian pada apa yang harus saya lakukan sebagai seorang Muslim. Bagaimana saya harus bertindak? Ketika saya bersujud dan berdoa, saya akan berdoa di dalam hati: Berlakulah sebagai seorang Muslim sebisa mungkin untuk Allah, untuk dirimu sendiri, untuk orang lain, sehingga mereka dapat belajar dari perilaku saya.
Catatan kaki:

14 Scottie Brothers Records, 1992

Senin, 15 Desember 2008

Jumat, 05 Desember 2008

FAtwa MUI tentang NAtal bersama dan Pengucapannya


PERAYAAN NATAL BERSAMA
KEPUTUSAN KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA


Indeks Antar Agama | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota



KEPUTUSAN KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG
PERAYAAN NATAL BERSAMA

Memperhatikan:
1. Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini
disalahartikan oleh sebagian ummat Islam dan disangka sama
dengan ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam
yang ikut dalam perayaan Natal dan bahkan duduk dalam
kepanitiaan Natal.
3. Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan
Ibadah.

Menimbang:
1. Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang
Perayaan Natal Bersama.
2. Ummat Islam agar tidak mencampur-adukkan Aqidah dan
Ibadahnya dengan Aqidah dan Ibadah agama lain.
3. Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan
Taqwanya kepada Allah Swt.
4. Tanpa mengurangi usaha ummat Islam dalam Kerukunan Antar
ummat Beragama di Indonesia.

Meneliti kembali:
Ajaran-ajaran agama Islam, antara lain:
A. Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan
bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas:
Al Hujarat: i3; Lukman:15; Mumtahanah: 8 *).
B. Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan aqidah
dan peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama
lain, berdasarkan Al Kafirun: 1-6; Al Baqarah: 42.*)
C. Bahwa ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan
Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada
para Nabi yang lain, berdasarkan: Maryam: 30-32; Al
Maidah:75; Al Baqarah: 285.*)
D. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih
daripada satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Al Masih itu
anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan: Al
Maidah:72-73; At Taubah:30.*)
E. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan kepada
Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar
mereka mengakui Isa dan ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa
menjawab Tidak. Hal itu berdasarkan atas Al Maidah:
116-118.*)
F. Islam mengajarkan bahwa Allah Swt itu hanya satu,
berdasarkan atas: Al Ikhlas 1-4.*)
G. Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri
dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah Swt serta
untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik
kemaslahatan, berdasarkan atas: hadits Nabi dari Numan bin
Basyir (yang artinya): Sesungguhnya apa-apa yang halal itu
telah jelas dan apa-apa yang haran itu pun telah jelas, akan
tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti
halal, seperti haram ), kebanyakan orang tidak mengetahui
yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang
syubhat itu, maka bersihlah Agamanya dan kehormatannya,
tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia
telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang
menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka
mungkin sekali binatang itu makan di daerah larangan itu.
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan
ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang
diharamkanNya (oleh karena itu yang haram jangan didekati).

Majelis Ulama Indonesia MEMFATWAKAN:

1. Perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan
dan menghormati Nabi Isa As, akan tetapi natal itu tidak
dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2. Mengikuti upacara natal bersama bagi ummat Islam hukumnya
haram.
3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan
larangan Allah Swt dianjurkan untuk (dalam garis miring):
tidak mengikuti kegiatan-kegiatan natal.

Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H./ 7 Maret 1981
M. KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua (K.H.M. Syukri Ghozali),
Sekretaris (Drs. H. Masudi)

--------
*) Catatan: Dalam fatwa itu, ayat-ayar Al Quraan yang
disebutkan tadi ditulis lengkap dalam Bhs Arab
dan terjemahannya, Bhs Indonesia.

Situs asli: http://www.mui.or.id/b3_28.htm